Sepak Terjang Si 'Janggut Merah', Pelaut Legendaris Kekaisaran Ottoman

By Tri Wahyu Prasetyo, Sabtu, 4 Maret 2023 | 09:00 WIB
Barbarossa Hayreddin mengalahkan Liga Suci Charles V di bawah komando Andrea Doria pada Pertempuran Preveza tahun 1538. (Public Domain/ Wikimedia Commons)

Mereka berhasil mengalahkan dan mengusir Spanyol dari tempat itu. Tidak hanya itu, mereka juga membunuh Salim al-Tumi.

Aruj mengambil alih kekuasaan sebagai Sultan Aljazair yang baru, tetapi posisinya tidak aman. Dia menerima tawaran dari sultan Ottoman Selim I untuk menjadikan Aljazair bagian dari Kekaisaran Ottoman.

Sayangnya, Aruj terbunuh oleh Spanyol pada tahun 1518, saat ia sedang merebut Tlemcen. Khair mengambil alih kekuasaan dan mulai mendapat julukan "Barbarossa".

Pemimpin Aljazair

Pada tahun 1520, Sultan Selim I meninggal dan seorang sultan baru naik takhta. Dia adalah Suleiman, yang mendapatkan julukan dari orang turki sebagai “sang pemberi hukum”.

Sebagai imbalan atas perlindungan Ottoman dari Spanyol, Barbarossa menawarkan Suleiman untuk menggunakan armada bajak lautnya. 

Penguasa yang baru adalah orang yang jenius dalam pengorganisasian. Segera Algiers (ibu kota Aljazair) menjadi pusat kegiatan perompak untuk seluruh Afrika Utara. Barbarossa menjadi penguasa de facto dari semua bajak laut Barbary, dan mulai membangun pasukan darat yang signifikan.

Armada Barbarossa menangkap sejumlah kapal Spanyol yang kembali dari Amerika dengan muatan emas. Mereka juga melakukan penyerbuan di pantai Spanyol, Italia, dan Prancis, mengambil harta rampasan dan juga orang Kristen yang akan dijual sebagai budak.

Pada tahun 1522, kapal-kapal Barbarossa membantu dalam penaklukan Utsmaniyah atas pulau Rhodes, yang pernah menjadi benteng bagi para Ksatria St. John yang sangat kuat.

Pada musim gugur tahun 1529, Barbarossa juga membantu 70.000 orang Moor melarikan diri dari Andalusia, Spanyol selatan, yang berada dalam cengkeraman Inkuisisi Spanyol.

Sepanjang tahun 1530-an, Barbarossa terus merebut kapal, kota-kota, dan menyerbu pemukiman orang-orang Kristen di sekitar Mediterania. Pada tahun 1534, kapalnya berlayar sampai ke Sungai Tiber, menyebabkan kepanikan di Roma.

Baca Juga: Semasa Kekaisaran Ottoman, Istana Topkapi Pernah Ramah Bagi Orang Tuli