Sepak Terjang Si 'Janggut Merah', Pelaut Legendaris Kekaisaran Ottoman

By Tri Wahyu Prasetyo, Sabtu, 4 Maret 2023 | 09:00 WIB
Barbarossa Hayreddin mengalahkan Liga Suci Charles V di bawah komando Andrea Doria pada Pertempuran Preveza tahun 1538. (Public Domain/ Wikimedia Commons)

Baca Juga: Kekaisaran Ottoman, Tempat Berlindung Pengungsi Muslim dan Nonmuslim

Baca Juga: Meski Kontroversial, Selim I Berhasil Membawa Kejayaan Ottoman

Charles V dari Kekaisaran Romawi menunjuk laksamana Andrea Doria dari Genoa, untuk mulai merebut kota-kota Utsmaniyah di sepanjang pantai selatan Yunani. Merespon hal tersebut, pada tahun 1537, Barbarossa merebut sejumlah pulau yang dikuasai Venesia untuk Istanbul.

Peristiwa memuncak pada tahun 1538. Paus Paulus III menyelenggarakan "Liga Suci" yang terdiri dari Negara Kepausan, Spanyol, Ksatria Malta, dan Republik Genoa serta Venesia. 

Bersama-sama, mereka mengumpulkan 157 armada galai di bawah komando Andrea Doria, dengan misi mengalahkan Barbarossa dan armada Ottoman. Sedangkan Barbarossa hanya memiliki 122 galai ketika kedua pasukan bertemu di Preveza.

Singkat cerita, meskipun jumlah mereka lebih kecil, Pertempuran Preveza, pada tanggal 28 September 1538, merupakan kemenangan telak bagi Hayreddin Barbarossa.

Barbarossa melanjutkan ke Istanbul, tempat Suleiman menerimanya di Istana Topkapi dan mempromosikannya menjadi Kapudan-i Derya atau "Laksamana Agung" Angkatan Laut Utsmaniyah. Suleiman juga memberi Barbarossa jabatan gubernur Rhodes.

Laksamana Agung

Kemenangan di Preveza memberikan kekuasaan Kesultanan Utsmaniyah di Laut Mediterania yang berlangsung selama lebih dari tiga puluh tahun.

Barbarossa memanfaatkan dominasi itu untuk membersihkan semua pulau di Laut Aegea dan Laut Ionia dari benteng Kristen. Venesia menuntut perdamaian pada bulan Oktober 1540, mengakui kedaulatan Ottoman atas tanah itu dan membayar ganti rugi perang.

Kaisar Romawi Suci, Charles V, pada tahun 1540 mencoba menggoda Barbarossa untuk menjadi laksamana tertinggi armadanya, tetapi ia enggan.

Charles secara pribadi memimpin pengepungan di Aljazair pada musim gugur berikutnya, tetapi cuaca badai dan pertahanan Barbarossa yang tangguh mendatangkan malapetaka pada armada Romawi Suci dan mengirim mereka berlayar pulang.

Pada tahun 1545, Barbarossa melakukan ekspedisi terakhirnya, berlayar untuk menyerbu daratan Spanyol dan pulau-pulau lepas pantai.

Barbarossa meninggal pada tahun 1546, dimakamkan di sisi Eropa Selat Bosporus. Ia  mewariskan angkatan laut Ottoman yang hebat, serta terus mendukung status kekuatan besar kekaisaran selama berabad-abad.