Kilas Balik Sejarah Seni Digital: Dari John Whitney Hingga NFT

By Tri Wahyu Prasetyo, Sabtu, 4 Maret 2023 | 12:00 WIB
Munculnya seni digital sangat erat kaitanya dengan perkembangan teknologi komputer. Pada era 80-an, Macintosh mengembangkan komputer untuk memudahkan para seniman menciptakan karya seni digital. (Bernard Gotfryd)

Baca Juga: Pendidikan dan Pekerjaan Era Digital Jadi Sorotan Forum B20 Indonesia

Dengan munculnya internet dan media sosial, seni digital menjadi lebih mudah diakses dari sebelumnya, memungkinkan seniman untuk berbagi karya mereka dengan khalayak global.

Kevin McCoy, seorang seniman digital, pada tanggal 3 Mei 2014 menciptakan non-fungible token (NFT). Penggunaan NFT di pasar seni digital memungkinkan seniman memonetisasi karya mereka dengan cara yang sebelumnya tidak mungkin dilakukan.

Everydays: The First 5000 Days oleh Beeple (beeple-crap)

Sebelum munculnya NFT, seni digital dapat dengan mudah disalin dan didistribusikan, sehingga menyulitkan seniman untuk mengontrol distribusi dan keuntungan dari karya mereka.

Dengan NFT, seni digital sekarang dapat dijual sebagai karya yang menarik dan unik. Dengan blockchain, ia dapat memberikan catatan kepemilikan yang aman dan dapat diverifikasi.

Kedatangan teknologi NFT juga menyebabkan kenaikan harga seni digital yang signifikan. Dalam beberapa tahun terakhir, NFT telah digunakan untuk menjual seni digital seharga jutaan dolar, dengan beberapa bagian terjual hingga $69 juta.

Hal ini menyebabkan lonjakan minat pada pasar seni digital dan telah menarik seniman dan kolektor generasi baru.

Hingga saat ini, seni digital terus berkembang melalui teknologi baru seperti virtual dan realitas berimbuh (AR) yang membuka cakrawala ke dunia baru dan belum dijelajahi.