Namun keberadaan ratu dan klannya mungkin sangat kuat dan membawa pengaruh politik yang tidak terduga. Dia juga tidak menginginkan seorang ratu dengan hak untuk campur tangan dalam kehidupan seksnya atau mengatur wanita lain.
Jadi dia ingin memastikan bahwa semua wanitanya setara dan ia menikmati kehidupan cinta yang bebas.
Meski ia ingin semua selirnya setara, pada kenyataannya tidak demikian. Salah satu selirnya, Guo, jauh lebih mulia daripada selir kaisar lainnya. Ibunya adalah putri kerajaan yang terhormat dan kakeknya adalah jenderal agung Guo Ziyi. Ziyi memberikan kontribusi signifikan bagi kekaisaran.
Baca Juga: Romansa Achilles dan Briseis, Selir di Perang Troya Berakhir Tragis
Baca Juga: Nestapa Pria Miskin di Tiongkok Kuno, Dikebiri demi Jadi Kasim
Baca Juga: Konspirasi Renyin, Upaya Gundik Melenyapkan Kaisar Gila nan Sadis
Oleh karena itu, selir Guo mendapat dukungan dari bangsawan, pejabat, dan jenderal. Belakangan, putranya dinominasikan sebagai putra mahkota, meskipun dia bukan yang tertua atau favorit kaisar.
Setelah itu, Kaisar Xianzong mencoba mencalonkan putra lain sebagai putra mahkota, tetapi gagal karena penentangan kuat pendukung Guo.
Meski selir Guo memiliki banyak pendukung kuat, kaisar juga tidak memberikan mahkota ratu kepadanya.
Kematian kontroversial Kaisar Xianzong yang mendadak
Kaisar Xianzong meninggal mendadak ketika dia berusia 42 tahun dan dokumen resmi mencatat bahwa penyakit menyebabkan kematiannya.
Namun, yang lain mempertanyakan selirnya yang berpengaruh, Guo. Saat itu, kaisar bermaksud untuk mengeluarkan putra selir Guo dari daftar putra mahkota. Kaisar juga menolak untuk mencalonkannya sebagai ratu.
Ada juga yang menyebutkan bahwa sang kaisar dibunuh oleh kasim berkuasa. “Pengaruh kasim dalam politik terus meningkat,” tambah Twichett. Xianzong dibunuh oleh beberapa kasimnya.
Sejak saat itu kepala kasim dewan istana dan pasukan istana menjadi faktor dalam hampir setiap suksesi takhta Tang. Dalam beberapa kasus, mereka memiliki kandidat sendiri yang bertentangan dengan keinginan kaisar sebelumnya.
Setelah kematian Kaisar Xianzong, Guo menjadi Permaisuri Yi'an (779—848). Ia dengan segera melenyapkan musuh politik dan menguasai pemerintahan. Putra dan tiga cucunya menjadi kaisar Tang berturut-turut. Namun hanya yang terakhir, Li Yan (814-846), yang merupakan kaisar yang baik.
Sementara itu, panglima perang dan rezim nomaden mulai mendapatkan banyak kekuasaan dan wilayah. Itu semua karena kaisar penerus Xianzong tidak mampu memimpin dengan baik. Alhasil, kerja keras Kaisar Xianzong pun seakan menguap akibat ketamakan selir, pejabat dan sekelompok kasim.
Itu alasan mengapa Kaisar Xianzong tidak memiliki ratu. Pada akhirnya, selir yang memiliki dukungan kuat juga berhasil turut campur dalam politik kekaisaran, seperti yang ditakutkan oleh Xianzong.