De Crespigny menerangkan bahwa penyakit mewabah di Dinasti Han pada tahun 171, 173, 179, 182, dan 185 Masehi. Penyakit inilah yang diteorikannya sebagai Wabah Antoninus yang merebak sampai ke Romawi pada 165 hingga 180 M. Dia mencurigai penyebarannya terbawa di Jalur Sutera.
Di Tiongkok, masyarakat harus mendatangi tabib. Salah satu yang terkenal adalah tabib dan rohaniawan Taoisme Zhang Jue (Zhang Jiao) yang mampu menyembuhkan pasien dengan air yang diberkati dengan ritualnya.
Pasien Zhang Jue adalah masyarakat miskin yang terdampak dari wabah. Karena kemanjurannya, dia memiliki banyak pengikut. Kelak, dialah yang akan memimpin pemberontakan dengan memabwa 360.000 pengikut bersenjata, yang sebagian besar adalah kaum tani, dan beberapa pejabat dan cendekiawan lokal.
Zhang Jue perihatin terhadap derita yang dialami rakyat. Kemampuannya memberi pengobatan gratis membuatnya pemerintah tidak mampu melayani rakyatnya. Dia bersama kedua saudaranya Zhang Bao dan Zhang Liang, segera membawa merencanakan revolusi dan mendirikan sekte agama Tao di Shanding, Tiongkok.
Ajaran mereka disambut oleh masyarakat karena memberikan pembagian tanah dan hak yang sama. Lambat laun, pada masa revolusi, Zhang Jue disebut sebagai Jenderal Surga karena kemampuan penyembuhan, keagamaan, dan tatanan sosial. Dia juga menyebut bahwa dirinya telah diberikan kitab suci oleh Tuhan sebagai kunci penting untuk jalan menuju kedamaian.
Para pengikut Zhang Jue menggunakan serban kuning di kepala mereka sebagai tanda identitas. Pemerintah menilai gerakan ini adalah pemberontakan. Bahkan, setiap warga ibukota yang teridentifikasi sebagai Serban Kuning dieksekusi. Dari sinilah Zhang Jue memulai pemberontakannya.
Pemberontakan
Sejarawan alumni Boston University Kallie Szczepanski menulis secara singkat di Tought.co terkait masa pemberontakan Serban Kuning. Faksi Serban Kuning berada di delapan provinsi berbeda-beda, melawan dengan menyerang berbagai kantor pemerintahan dan garnisun. Pejabat pemerintah berlarian, dan pemberontak berhasil merebut gudang senjata.
Baca Juga: Xiaozong, Kaisar Tiongkok Ambisius yang Dikendalikan Ayah Angkatnya
Baca Juga: Sejahat-jahatnya Cao Cao Tetap Saja Ada Kebijakan Politik yang Cermat
Baca Juga: Kisah Xian, 'Kaisar Boneka' di Masa Kemunduran Dinasti Han Tiongkok