Harem juga memiliki hierarki. Mereka dipimpin oleh para istri dan kerabat perempuan sultan dan para selir yang berstatus di bawah mereka.
Selain tempat istri dan selir, harem juga ditempati ibu sultan, ibu tiri, bibi, nenek, saudara perempuan, saudara perempuan tiri, anak perempuan, kerabat perempuan lainnya, dayang, pelayan, pembantu, juru masak, penjaga, dan pejabat wanita lainnya.
Baca Juga: Peran Hafsa, Hurrem, dan Mihrimar dalam Kemakmuran Kekaisaran Ottoman
Baca Juga: Era Kesultanan Wanita, Saat Perempuan Mendominasi Kekaisaran Ottoman
Baca Juga: Mengungkap Kehidupan Sehari-hari di Harem Kekaisaran Ottoman
Penguasa Kerajaan Lain dengan Banyak Selir
Di luar budaya Islam, Firaun Mesir biasanya meminta banyak gadis pelayan yang cantik kepada gubernur provinsi.
Montezuma Kedua, penguasa Aztec dari Meksiko, memiliki 4.000 selir. Dalam masyarakat Aztec, setiap anggota bangsawan harus memiliki pendamping sebanyak yang dia mampu.
Raja Kashyapa dari Sigirya di Srilangka memiliki 500 wanita di haremnya. Pada saat itu, dianggap suatu kehormatan besar untuk menjadi bagian dari harem raja.
Sebuah institusi yang mirip dengan harem juga ada pada Zaman Edo dalam sejarah Jepang di antara suku Ooku.
Terjemahan bahasa Inggris untuk istilah Cina "hougong" juga merupakan istilah "harem". "Hougong" berasal dari "hou-kung" yang secara harfiah berarti "istana di belakang".
Istilah ini mengacu pada bagian istana yang diperuntukkan bagi permaisuri, selir, pelayan wanita, dan kasim kaisar Tiongkok. Ini adalah apartemen dan kamar pribadi kaisar tempat dia menyimpan wanitanya dan dia menjalani kehidupan pribadinya.
Pada tahun 1421, Kaisar Yongle memerintahkan 2.800 selir untuk ditempatkan di haremnya. Mirip dengan institusi di budaya lain, harem besar pernah menjadi cara kaisar untuk menampilkan kekayaan dan kekuasaannya.