Nationalgeographic.co.id—Setiap dinasti di Kekaisaran Tiongkok mengalami masa kejayaan dan kejatuhan. Namun tidak banyak kaisar Tiongkok yang bisa merasakan kejayaan sekaligus kejatuhan di masa pemerintahannya. Kaisar Jiaqing dari Dinasti Qing, salah satunya, mengalami masa puncak yang paling berkembang. Di sisi lain, ia juga menjadi saksi awal kejatuhan dinastinya itu. Selama pemerintahannya, ia berupaya memberantas korupsi namun tidak berhasil.
Kaisar Jiaqing menghabiskan sebagian besar masa pemerintahannya menangani masalah yang muncul di seluruh negeri. Sebagai pemimpin yang baik, ia berusaha memulihkan kemakmuran kerajaannya. Sayangnya, segala upaya yang dilakukan tidak berhasil. Sang kaisar tidak cukup inovatif untuk menciptakan perubahan untuk menyelesaikan masalah sosial yang bermunculan.
Pangeran Yong Yan yang berbakat dan sopan
Yong Yan adalah putra ke-15 dari ayahnya, Kaisar Qianlong dari Dinasti Qing.
Separuh dari kakak laki-lakinya meninggal seiring pertumbuhannya, sementara yang lain terlalu lemah atau tidak sopan. Di antara mereka, pangeran Yong Yan cerdas, berani, rajin, saleh, dan baik hati. Ia memiliki semua persyaratan untuk menjadi kaisar yang baik.
Oleh karena itu, saat berusia 13 tahun, Yong Yan mulai dianggap dan dididik sebagai pewaris takhta.
Selain belajar menjadi kaisar yang baik, pangeran Yong Yan juga penggemar berat Opera Beijing. Dia suka menonton dan mengarahkan pertunjukan, termasuk memilih aktor dan musik. Ia ikut mengatur panggung dan membimbing latihan.
Beberapa dekade kemudian, Yong Yan mendapatkan takhta dari ayahnya ketika dia berusia 36 tahun. “Kekuasaan, bagaimanapun, tetap berada di tangan ayahnya dan menterinya yang korup Heshen sampai tahun 1799. Tugas kaisar Jiaqing terbatas pada mengarahkan fungsi seremonial,” tulis Gloria Lotha di laman Britannica.
Baru setelah tiga tahun, sang ayah meninggal dan kaisar resmi menguasai kekaisaran. Pangeran Yong Yan menjadi Kaisar Jiaqing atau Kaisar Renzong dari Dinasti Qing.
Kaisar Jiaqing yang rajin dan hemat
Kaisar Jiaqing menyadari bahwa ayahnya meninggalkannya sebuah kekaisaran yang tampak megah dari luar namun bobrok di dalamnya. Terkadang, memperbaiki kekaisaran yang bobrok sama sulitnya dengan membangun yang baru.
Tidak seperti ayahnya, Kaisar Jiaqing cukup hemat dan perhatian. Dia akhirnya menghentikan Inkuisisi Sastra. Jiaqing juga membebaskan pejabat yang dipenjara selama pemerintahan Kaisar Qianlong karena perkataan mereka.
Ia bekerja keras sejak hari dia naik takhta hingga hari dia meninggalkan dunia. Berbeda dengan pendahulunya, ia hampir tidak mengadakan acara atau tur mewah mengelilingi negeri.
Selain itu, banyak dokumen yang mencatat perilaku dan kata-katanya yang peduli kepada pejabat dan warga sipil, terutama para tetua.
Perjuangan Kaisar Jiaqing melawan korupsi
Korupsi sudah menjadi masalah di mana-mana sejak ribuan tahun yang lalu, termasuk di Kekaisaran Tiongkok.
Kaisar Jiaqing adalah salah satu pemimpin dalam sejarah Tiongkok yang berjuang melawan korupsi selama masa pemerintahannya. Segera setelah ayahnya meninggal, dia melenyapkan perdana menteri terkuat Heshen.
Heshen adalah seorang pengusaha dan kapitalis sukses yang membangun seluruh kerajaan keuangan. Pejabat tamak itu memiliki toko-toko yang tak terhitung jumlahnya di seluruh negeri dan perdagangan internasional skala besar yang menguntungkan.
Sebagai pejabat, Heshen adalah pejabat kesayangan Kaisar Qianlong karena keahliannya dalam menghasilkan uang untuk kekaisaran. Berkat dia, Kaisar Qianlong selalu punya cukup uang untuk menjalani kehidupan mewahnya di tahun-tahun terakhirnya.
Di sisi lain, Heshen juga melakukan banyak kegiatan ilegal dan dianggap sebagai pejabat yang korup dan berkhianat.
Sebagai orang terkaya di abad ke-18, Heshen memiliki properti yang setara dengan 15 tahun pemasukan Dinasti Qing. Tapi kejatuhan Heshen tidak mengakhiri korupsi di pemerintahan.
Dalam beberapa dekade berikutnya, Kaisar Jiaqing dengan rajin menangani korupsi, Ia bak memadamkan api yang merusak istana. Namun, kepribadiannya yang baik hati dan sistem administrasi ayahnya telah menimbulkan beberapa kendala.
Akibatnya, dia tidak pernah menyelesaikan korupsi secara mendasar seperti yang dilakukan kakeknya Kaisar Yongzheng sebelumnya.
“Bahkan, korupsi malah meningkat akibat praktik penjualan jabatan tinggi sebagai alat untuk mengumpulkan lebih banyak pendapatan,” kata Lotha.
Pemberontakan tak berujung di kekaisaran
Masalah besar lain yang dihadapi Kaisar Jiaqing adalah pemberontakan besar-besaran yang tak berkesudahan. Banyak jenis pemberontakan sering muncul di akhir tahun ayahnya. Situasinya semakin memburuk sejak tahun pertama pemerintahan Jiaqing.
Seperti pejabat yang korup dan tidak mampu, pasukan pemberontak baru terus bermunculan sementara yang lama dikalahkan. Pemberontakan yang paling luar biasa diprakarsai oleh organisasi yang berorientasi pada agama.
Suatu hari, ketika Kaisar Jiaqing berada di luar Beijing dan mengadakan upacara berburu. Sekitar 200 orang, didukung oleh beberapa kasim yang percaya, bergegas ke Kota Terlarang dan hampir menduduki istana kerajaan besar ini. Putra tertuanya Min Ning bertempur dengan gagah berani dan memimpin tentaranya untuk mengalahkan penjajah.
Kemudian, Kaisar Jiaqing menerbitkan sebuah artikel tentang kritik diri. Ia mengeklaim bertanggung jawab atas kekacauan dan insiden konyol yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Dalam dinasti yang stabil, istana kerajaan yang diserang oleh 200 warga sipil cukup mengejutkan. Baginya, ini adalah lelucon yang belum pernah terjadi dalam sejarah Tiongkok sebelumnya.
Baca Juga: Nubuat, Kunci para Kaisar Tiongkok dalam Mempertahankan Takhta
Baca Juga: Putri Ningguo dan Perebutan Takhta Kaisar Tiongkok Dinasti Ming
Baca Juga: Fang Xiaoru, Kesetiaan Menteri Kaisar Tiongkok yang Dibalas Mutilasi
Baca Juga: Ahmad Fanakati, Menkeu Kekaisaran Tiongkok Dinasti Yuan yang Korupsi
Dagelan lainnya adalah seorang warga sipil pengangguran yang dengan bebas masuk ke Kota Terlarang dan mencoba membunuh sendiri Kaisar Jiaqing. Ratusan penjaga kekaisaran seolah berdiri tanpa tujuan sampai saudara ipar kaisar dan tiga penjaga pemberani menangkap penyerang.
Kematian mendadak Kaisar Jiaqing
Kematian mendadak Kaisar Jiaqing adalah misteri lain, yang terjadi saat tinggal di Resor Gunung Chengde. Ada banyak versi aneh soal penyebab kematiannya, termasuk sakit, tersambar petir, atau diserang bola api misterius.
Dia tidak meninggalkan wasiat mengenai ahli waris, jadi ratunya membantu putra sulungnya Min Ning untuk naik takhta.
Kaisar Jiaqing adalah seorang kaisar yang ambisius, pekerja keras, dan perhatian yang terjebak dengan keadaan. Ia harus menghadapi kebobrokan yang diakibatkan oleh korupsi dan kepemimpinan ayahnya.
Sayangnya, sang kaisar tidak berani berinovasi untuk mengatasi masalah korupsi dan pemberontakan. Oleh karena itu, Kaisar Jiaqing tidak melakukan perbaikan yang nyata pada kekaisaran. Meskipun dia sebenarnya telah melakukan banyak pekerjaan perbaikan dengan rajin.
Dinasti Qing terus membusuk di dalam, sementara kemegahan yang tampak dari luar pun terus memudar. Sampai akhirnya Dinasti Qing dan Kekaisaran Tiongkok benar-benar luluh lantak di abad ke-20.