Wei Qing, Budak yang Tumbuh Jadi Marsekal Agung Kekaisaran Tiongkok

By Sysilia Tanhati, Senin, 20 Maret 2023 | 16:00 WIB
Wei Qing adalah pahlawan besar dari Dinasti Han. Berawal dari budak, ia jadi marsekal yang menumpas kekejaman suku Xiongnu. (National Palace Museum)

Melihat bakat luar biasa Huo Qubing, kaisar dan Wei Qing mempercayainya dengan lebih banyak pasukan dan kekuatan. Seperti yang diharapkan, jenius ini telah memenangkan semua perang.

Wei Qing dan Huo Qubing adalah komandan kavaleri hebat dan efektif membunuh musuh. Mereka tidak pernah gagal dalam perang.

Perang besar melawan Xiongnu

Setelah bertahun-tahun keberhasilan militer Han, banyak bangsawan Xiongnu dan penduduknya ditangkap atau menyerah.

Sisanya, termasuk Raja Xiongnu dan pasukan utamanya, melarikan diri ke gurun jauh di utara. Meski kerap menghadapi kekalahan, Xiongnu terus mengganggu Kekaisaran Tiongkok setiap ada kesempatan.

Oleh karena itu, Kaisar Wudi memerintahkan Wei Qing dan Huo Qubing untuk masing-masing memimpin 50.000 kavaleri. Mereka berbaris melintasi padang pasir yang luas di Dataran Tinggi Mongolia, dan mengalahkan sisa pasukan Xiongnu.

Ini dikenal sebagai Pertempuran Mobei pada tahun 119 Sebelum Masehi, salah satu perang terpenting dan berpengaruh dalam sejarah Tiongkok.

Karena Huo Qubing lebih muda dan cukup ambisius, dia mendapatkan prajurit, kuda, dan senjata terbaik. Tugasnya adalah untuk membinasakan pasukan utama Raja Xiongnu.

Sedangkan Wei Qing secara tak terduga bertemu dengan kekuatan utama Raja Xiongnu. Saat itu, dua jenderal yang seharusnya memimpin pasukan mereka untuk bergabung dan mendukung Wei Qing tersesat.

Menghadapi musuh kuat yang kalah jumlah, dengan dua jenderal dan banyak prajurit hilang, Wei Qing segera mengubah rencananya.

Dia membangun pangkalan militer yang kokoh di padang pasir menggunakan kereta perang. Wei Qing mengirim pasukan kavalerinya untuk bertempur dengan gagah berani. Segera, ketika angin kencang menyerbu, dia memisahkan pasukannya dan memerintahkan mereka untuk mengepung Raja Xiongnu dari dua sayap.

Setelah melihat kerugian besar dari pasukan utamanya, Raja Xiongnu melarikan diri.