Gairah Sepak Bola di Kekaisaran Ottoman Lahir dari Bangsa Asing

By Galih Pranata, Senin, 3 April 2023 | 10:00 WIB
Tim sepak bola Galatasaray di musim 1908-1909. Gairah sepak bola yang dibawa bangsa asing, telah mendorong orang-orang Turki sejak era Ottoman hingga mendirikan Klub Sepak Bola Galatasaray. (Begum Zorlu)

Nationalgeographic.co.id—Menurut catatan sejarah, Tiongkok adalah tempat kelahiran sepak bola, sama seperti penemuan penting lainnya seperti bubuk mesiu dan mesin cetak. Namun, belahan dunia lainnya juga memiliki aktivitas serupa sepak bola, seperti peradaban Amerika kuno pada 3.000 tahun silam. Saat itu, sepak bola dimainkan tanpa aturan khusus.

Pertandingan yang diketahui pertama kali di dunia, dimainkan antara penduduk dua desa, yang bekerja di ladang. Sepak bola di Kekaisaran Ottoman dimulai menjelang kuartal terakhir abad ke-19. 

Gairah sepak bola di Kekaisaran Ottoman sejatinya lahir dari bangsa asing, dengan pertandingan sepak bola pertama dimainkan di kota-kota seperti İzmir dan Thessaloniki.

"Keluarga La Fontaine dari İzmir mendirikan klub sepak bola dan rugbi Bournabat bersama dengan keluarga Inggris lainnya yang tinggal di kota," tulis Erhan Afyoncu kepada Daily Sabah. Ia menulisnya dalam artikel berjudul Football passion: Introduced by foreigners became a national pride terbitan 2 April 2018.

James La Fontaine, seorang berkebangsaan Prancis yang tinggal di Inggris, kemudian memperkenalkan sepak bola di İzmir. Setelahnya ia memutuskan untuk pindah ke Istanbul pada tahun 1889 dan sepak bola mulai populer di sana pada akhir tahun 1880-an.

Adapun "Ekspatriat dan warga Ottoman non-Muslim bermain sepak bola di distrik kota Kadıköy dan Moda," imbuh Erhan.

Ekspatriat dan warga Ottoman non-Muslim biasa pergi ke Kuşdili atau padang rumput lain di Istanbul pada akhir pekan untuk bersenang-senang dan bermain sepak bola. 

Namun, segala tindakan terkait sepak bola tetap diawasi pada masa pemerintahan Sultan Abdülhamid II. Sekuritas Ottoman akan selalu melacak kondisi pemain sepak bola dan bahkan mengikuti mereka.

Ekspatriat dari berbagai negara, terutama dari Inggris, bermain sepak bola di beberapa tempat di sisi Anatolia Istanbul. Kuşdili, Göksu dan Küçüksu adalah beberapa tempat yang paling disukai untuk menggelar pertandingan sepak bola.

Laporan sejarah menunjukkan bahwa otoritas Ottoman saat itu diganggu oleh kerumunan orang yang akan bertanding sepak bola. Gubernur Üsküdar mengikuti orang-orang yang bermain sepak bola dan melaporkan mereka ke otoritas pusat.

Ketika diselidiki, pihak otoritas Ottoman menggambarkan permainan itu dimainkan dengan bola yang terbuat dari ban di area yang dikelilingi dengan dua pintu di kedua ujungnya—kala itu otoritas menjuluki gawang dengan "pintu."

Seketika menjadi tren, penduduk Kandilli, Tarabya, Bebek, Beyoğlu, Kadıköy dan Moda, serta staf Kedutaan Besar Inggris, dan siswa di sekolah Inggris, Italia, Prancis, dan Yunani di banyak titik di Turki mulai bermain sepak bola.

Ekspatriat atau bangsa asing yang memainkan olahraga ini menganggapnya sebagai hiburan. Oleh karena itu, pergi ke pertandingan sepak bola dengan keluarga mereka adalah cara mengisi waktu berlibur. Mereka akan bersenang-senang dan berolahraga pada saat yang bersamaan.

Ditemukan sebuah dokumen laporan tertanggal 10 Juli 1897 menggambarkan kegilaan sepak bola sebagai berikut:

"Bankir Monsieur Duka Dipkali dan bankir Monsieur Edvar, yang merupakan penduduk di Kadıköy, dan sekitar 100 orang lainnya, baik pria maupun wanita pergi ke Göksu dengan kapal uap pada hari Sabtu ini. Mereka berpiknik dan bermain sepak bola di sana. Karena kerumunannya cukup besar, polisi mengawasi kelompok itu. Mereka berkata bahwa mereka ingin datang ke Göksu setiap hari Sabtu seperti yang mereka lakukan kali ini."

Menyusul laporan tersebut, ditemukan laporan kepolisian yang tertanggal lebih tua, yakni tertanggal 23 November 1890. Laporan tersebut menyebut:

“Sekitar 20-25 pemuda Inggris, di bawah pengawasan putra Monsieur Witek, seorang warga Moda, berkumpul di Kuşdili dan bermain dengan bola yang terbuat dari ban di area yang dilingkari. Insiden itu (pertandingan sepak bola) diselidiki dan dipahami bahwa mereka memainkan laga amal untuk sekolah. Setelah pertandingan, mereka yang menang akan menyumbangkan uang hadiah ke sekolah."

Potret tim nasional sepak bola Turki di tahun 1929. (Wikimedia Commons)

Gariah penduduk lokal terhadap sepak bola

Pada masa-masa awal sepak bola muncul di Kekaisaran Ottoman, orang-orang pribumi Turki tidak terlalu tertarik dengan permainan tersebut. Mereka baru mulai memainkannya di akhir tahun 1890-an. 

Pada tahun 1901, barulah penduduk lokal seperti Reşat Danyal, Fuad Hüsnü dan teman-temannya mendirikan Black Stocking Football Club.

Mereka memberi nama Inggris karena mereka pikir sepak bola Turki tidak akan diterima dengan baik jika menggunakan istilah Turki. Namun, Black Stocking FC dibubarkan tanpa meninggalkan jejak apa pun di sepak bola Turki.

Pada tahun 1905, para siswa di Mekteb-i Sultani (sekarang SMA Galatasaray) mendirikan klub sepak bola bernama Galatasaray, klub sepak bola Turki pertama, dengan kepemimpinan Ali Sami Yen.

Menjadi efek domino, selanjutnya pada tahun 1907, para pemuda Kadıköy membentuk Klub Olahraga Fenerbahçe. Beşiktaş, yang awalnya didirikan sebagai klub senam pada tahun 1903, mulai berkonsentrasi pada sepak bola setelah tahun 1910.

Ketika Liga Sepak Bola Istanbul dimulai pada tahun 1904, Galatasaray bergabung dengan liga tersebut untuk pertama kalinya pada musim 1906-07 dan diikuti oleh Fenerbahçe dan Beşiktaş pada tahun 1909-10.

Baca Juga: Sepak Bola di Vietnam sebelum Tahun 1940 adalah Bentuk Perlawanan

Baca Juga: Nama Pele Berasal dari Lidah yang Terpleset Saat Mengucap

Baca Juga: Pelé Cilik yang Miskin Menjelma Menjadi Legenda Sepak Bola Dunia

Baca Juga: Bagaimana Strategi Para Pesepak Bola Saat Bermain pada Bulan Ramadan? 

Salah satu tokoh legendaris dalam jurnalisme Turki, Burhan Felek, menceritakan bagaimana sepak bola yang dimainkan oleh ekspatriat Istanbul dan non-Muslim itu menyita perhatian penduduk setempat.

"Kuşdil adalah tempat terbuka padang rumput. Tidak ada biaya masuk atau tiket. Namun, lapangan sepak bola dikelilingi oleh kawat besi yang direntangkan di sekitar tumpukan yang terletak dua meter dari lapangan. Pertandingan pertama adalah antara Klub Moda dan Klub Kadıköy," ungkap Felek.

Ia melanjutkan, "Ada empat sudut lapangan yang penuh dengan penonton. Bahkan ada orang yang menyewa phaeton untuk mendapatkan pemandangan yang lebih baik. Ini adalah pertemuan pertama saya dengan sepak bola. Itu terjadi di tahun 1906."

Tentunya, bangsa asing atau ekspatriat di Ottoman telah menularkan gairah sepak bola kepada bangsa Turki dan orang-orang Ottoman kala itu. Bahkan, klub-klub seperti Galatasaray, Fenerbahçe dan Beşiktaş menjadi klub tangguh di Eropa saat ini.