Niaga di Jalur Sutra: Barang Mewah, Teknologi, Agama, dan Wabah

By Tri Wahyu Prasetyo, Senin, 3 April 2023 | 09:00 WIB
Kafilah Marco Polo di Jalur Sutra, 1380. (Public Domain)

Nationalgeographic.co.id—Membentang sepanjang lebih dari 6.400 kilometer, Jalur Sutra adalah rute perjalanan kuno yang menghubungkan dunia Timur dan Barat. Jalur perdagangan antarbenua, sebelum adanya perdagangan global massal, jalur transportasi cepat, dan pelayaran yang canggih.

Sejak sekitar abad ke-2 SM hingga abad ke-15, Jalur Sutra menghubungkan berbagai peradaban di Asia, Persia, Arab, Afrika Timur, dan Eropa Selatan. Mereka yang melintasinya adalah para pedagang, diplomat, pengembara, dan pejuang.

Sebagai rute perdagangan yang vital, Jalur Sutra mengubah dunia melalui berbagai macam komoditas, teknologi, dan gagasan yang dibawa di sepanjang jalur tersebut. Lantas, apa sebenarnya yang diperdagangkan di Jalur Sutra?

Rute utama Jalur Sutra pada abad ke-1. (Kaidor / CC)

Barang-barang mewah

Seperti namanya, salah satu barang terpenting yang diperdagangkan di sepanjang Jalur Sutra adalah sutra. Diproduksi hampir secara eksklusif di Tiongkok sejak tahun 3000 SM, sutra segera menjadi salah satu produk yang paling dicari di dunia.

Berharga tinggi namun ringan, sutra merupakan komoditas yang sempurna untuk menempuh perjalanan ribuan kilometer ke arah barat dari Tiongkok. Sutra pun segera menghiasi pakaian orang-orang terkaya dan paling bergengsi.

Di Mediterania, pengaruh Jalur Sutra ditunjukkan dengan tegas dalam nama Yunani kuno untuk Tiongkok: 'Serica'. Secara harfiah toponimi itu berarti 'Tanah Sutra'.

Kaum elit Romawi kuno khususnya sangat mengagumi sutra. Mereka akan menukarnya dengan barang pecah belah yang paling berkesan.  Hal ini ditemukan pada makam-makam yang digali dari para anggota masyarakat Tiongkok, Korea, dan Jepang yang terhormat.

Sejumlah barang mewah lainnya juga masuk ke dalam Jalur Sutra. Batu giok, yang sangat berharga dalam tradisi ritual Tiongkok, bersumber dari negara tetangga mereka seperti Kerajaan Khotan di Iran.

Sementara itu rempah-rempah langka dari Indonesia dan India juga turut mengubah budaya kuliner di Barat.

Lukisan dinding Romawi dari Pompeii yang menggambarkan seorang Maenad dengan gaun sutra, abad ke-1. (Public Domain)

Kemajuan teknologi

Para pedagang Jalur Sutra tidak hanya memperdagangkan barang-barang mewah. Mereka juga menukarkan komoditas canggih yang sangat berharga untuk digunakan dalam peperangan, penjelajahan, dan kegiatan intelektual.

Banyak sejarawan percaya bahwa pemicu utama Jalur Sutra adalah keinginan Tiongkok untuk mendapatkan kuda-kuda yang tinggi dan kuat. Kuda-kuda itu dikembangbiakkan secara khusus oleh kerajaan Indo-Yunani, Dayuan, di Asia Tengah.

Dijuluki sebagai "kuda surgawi" oleh Kaisar Wu (156-87 SM), Tiongkok mencari hewan-hewan perkasa ini untuk memerangi suku Xiongnu yang hidup berpindah-pindah.

Setelah menginvasi Dayuan, Tiongkok memerintahkan pengiriman dua ekor kuda per tahun kepada mereka. Tiongkok juga berdagang dengan para pengembara lain di padang rumput Asia Tengah untuk mendapatkan peralatan, seperti pelana kuda kuno.

Kuda telah menjadi aspek penting dalam peperangan Tiongkok selama berabad-abad. Salah satu buktinya ditunjukkan dengan kehadiran kuda bersama para prajurit Tentara Terakota, yang dibangun pada abad ke-3 SM.

Arus sebaliknya, perdagangan mesiu, yang ditemukan di Tiongkok sekitar tahun 1000 SM, kelak juga mengubah wajah peperangan Barat selamanya.

Sementara penemuan dan penyebaran teknologi kompas di kemudian hari akan memungkinkan Zaman Penjelajahan. Sebuah periode yang secara bersamaan mengantarkan kemunduran Jalur Sutra. Perjalanan darat yang panjang pun tidak lagi diperlukan.

Salah satu barang yang paling berpengaruh yang diperdagangkan adalah kertas. Kertas ditemukan di Tiongkok pada abad ke-2. Peranti ini segera menyebar ke seluruh Asia bersama dengan agama Buddha sebelum diperkenalkan ke dunia Islam pada abad ke-8.

Banyak kuda ditampilkan bersama para prajurit Tentara Terakota yang terkenal, abad ke-3 SM. (Shutterstock)

Khalifah Harun al-Rasyid (766-809 M) membangun pabrik kertas di pusat intelektual Baghdad. Akhirnya, kertas mencapai Eropa pada abad ke-12 dan ke-13.

Kertas segera diikuti dengan penemuan mesin cetak. Metode pencatatan dan penyebaran informasi melalui kertas dan mesin cetak akan memiliki dampak yang luas pada dunia. Pada akhirnya, penemuan ini membuka jalan menuju era modern awal.

Pengetahuan dan agama

Ketika benda-benda fisik dan teknologi dibawa dan diperdagangkan di sepanjang rute Jalur Sutra, begitu pula dengan ide dan pengetahuan.

Penjelajah Venesia, Marco Polo, terkenal menjelajahi Jalur Sutra dari Italia ke Tiongkok bersama ayahnya. Mereka tiba di istana Kubilai Khan yang tangguh pada 1275. 

Ketika kembali ke Eropa, ia menulis tentang pengalamannya. Kisahnya yang dibukukan telah memperluas pengetahuan Barat tentang Asia dan geografi benua tersebut. 

Demikian pula, pelancong Afrika Utara yang terkenal, Ibnu Battuta. Ia melakukan perjalanan Jalur Sutra dari kampung halamannya di Tangier di Maroko. Ia mencapai Tiongkok dan India lalu melaporkan iklim sosial, agama dan ekonomi yang ia temukan di sana.

Selain itu, sifat jalan yang saling terhubung memungkinkan penyebaran dan pertukaran agama berkembang.

Agama Buddha meraih kesuksesan besar berkat Jalur Sutra. Pertama kali meluas ke Kekaisaran Kushan di Asia Tengah pada abad ke-1 hingga ke-3 sebelum mencapai Tiongkok. Agama ini menyegarkan ajaran Konghucu dan Taoisme sehingga menjadi bagian spiritual yang tak terpisahkan. Dari 18 aliran penafsiran Buddhis, 5 di antaranya ada di sepanjang Jalur Sutra.

Penyebaran Islam juga sangat sukses berkat jalur ini. Agama ini segera menjadi agama yang paling banyak dianut oleh mereka yang melakukan perjalanan di Jalur Sutra. 

Komunitas Muslim pertama muncul di Arab pada abad ke-7. Keyakinan Islam disebarkan oleh para pelancong, mistikus, pengkhotbah, dan pedagang untuk berkembang ke banyak komunitas di Asia Tengah.

Upaya-upaya ini dikonsolidasikan oleh penaklukan-penaklukan yang dilakukan oleh Kekhalifahan Umayyah awal (661-750) dan penggantinya Kekhalifahan Abbasiyah (750-1258). Kemudian mereka menjadikan Baghdad sebagai ibu kota Kekaisaran Islam pada tahun 762.

Baca Juga: Kisah Marco Polo Lintasi Jalur Sutra Menuju Kekaisaran Tiongkok

Baca Juga: Zhang Qian, Diplomat Kekaisaran Tiongkok yang Jadi Pelopor Jalur Sutra

Baca Juga: Pagebluk Pes Mematikan Menginfeksi Jalur Sutra Antara 1346-1352

Baca Juga: Temuan Rangka Kucing Bukti Peliharaan Kaum Pengelana di Jalur Sutra 

Kota ini kemudian berkembang menjadi pusat kebudayaan, ilmu pengetahuan dan filosofi selama Zaman Keemasan Islam, dan menjadi perhentian terpenting di sepanjang Jalur Sutra.

Wabah Black Death

Meskipun memberikan kemudahan perjalanan jarak jauh, Jalur Sutra dianggap menyebarkan salah satu wabah paling menghancurkan dalam sejarah manusia.

Mencapai puncaknya antara tahun 1347-1351, wabah ini menyebar dengan cepat dan mudah karena sifat alami Jalur Sutra. Pasalnya, jalur ini tidak hanya terdiri atas satu jalur saja, melainkan banyak sekali jalur yang menghubungkan desa-desa, kota-kota, dan pos-pos terdepan.

Arus pedagang yang stabil ini membantu penyebaran pandemi di seluruh benua, tetapi juga mendorong penduduknya untuk menyempurnakan langkah-langkah kesehatan masyarakat.

Di Venesia, kapal dan pelancong yang dicurigai terinfeksi diwajibkan untuk mengisolasi diri selama 40 hari sebelum memasuki kota.

Periode 40 hari ini, yang diterjemahkan menjadi 'quarantena' dalam bahasa Venesia, diwariskan selama berabad-abad hingga menjadi kata 'karantina' di zaman modern ini.