Pencuri Persia Era Abad Pertengahan Mengandalkan Kera dan Kura-kura

By Tri Wahyu Prasetyo, Senin, 3 April 2023 | 12:00 WIB
Bagi Banū Sāsān, kelompok pencuri abad ke-12 yang terkenal, kura-kura adalah kaki tangan yang berguna. (WALTERS ART MUSEUM/PUBLIC DOMAIN)

Nationalgeographic.co.id—Terkadang pencuri memiliki cara-cara yang kreatif untuk melancarkan misi merampok tanpa ketahuan. Beberapa arsip telah berhasil menyimpan teknik menarik yang digunakan oleh para pencuri jenius namun juga kriminal.

Para pencuri di Persia abad ke-12 menemukan mitra yang tidak biasa dalam bentuk kura-kura. Reptil berkaki empat ini memiliki salah satu tugas terpenting dalam perampokan tersebut-memberikan lampu hijau untuk memulai pencurian.

Kura-kura memainkan peran penting, bagi sebuah kelompok yang dikenal sebagai Banū Sāsān, dalam melancarkan aksinya. 

Setelah pintu rumah yang ditargetkan dibuka secara paksa, kura-kura dengan lilin di punggungnya adalah yang pertama kali masuk ke dalam rumah.

"Pencuri itu membawa sebuah batu api dan lilin sebesar jari kelingking. Dia menyalakan lilin tersebut dan menancapkannya di punggung kura-kura," tulis Clifford Edmund Bosworth, seorang sejarawan Inggris dalam bukunya “The Mediaeval Islamic Underworld: The Banū Sāsān in Arabic Society and Literature”.

"Kura-kura itu kemudian dimasukkan melalui lubang ke dalam rumah, dan merangkak perlahan-lahan, sehingga menerangi rumah dan isinya."

Kura-kura juga membantu dengan menakut-nakuti siapa pun yang ada di dalam rumah. Teriakannya akan membuat para pencuri membatalkan misi mereka.

Banū Sāsān terkenal di Persia abad pertengahan, tetapi asal usul kelompok tersebut tidak jelas. (FOLGER SHAKESPEARE LIBRARY/CC BY-SA 4.0)

Banū Sāsān tidak hanya melatih kura-kura untuk membantu mereka; hewan-hewan lain juga ikut bergabung, termasuk setidaknya seekor kera yang dilatih untuk mengucapkan salam serta berdoa, bahkan menangis seperti manusia

Penulis dan cendekiawan Arab Suriah abad pertengahan yang terkenal, Jamāl al-Dīn ʿAbd al-Raḥīm al-Jawbarī, menyaksikan seekor kera yang mengenakan pakaian paling mewah, tiba di sebuah masjid untuk salat Jumat dengan menunggang seekor keledai dengan pelana yang dihiasi dengan emas.

Di belakang kera tersebut juga terdapat tiga budak India yang melakukan persiapan untuk menunaikan salat Jumat. 

Al-Jawbari menulis dalam bukunya, Kitāb al-Mukhtār fī kashf al-asrār atau Kitab Para Penipu, "Kera itu sekarang melepaskan pakaiannya, menarik saputangannya dari cummerbund, dan meletakkan di depannya. Kera itu menggosok giginya dengan tongkat tersebut dan melakukan dua sujud syukur atas wudhu serta dua sujud salam ke masjid. Kemudian ia mengambil tasbih dan menyibukkan diri untuk berdoa."