Mengapa Panglima Khalid ibn al-Walid Berjulukan 'Sang Pedang Tuhan'?

By Tri Wahyu Prasetyo, Jumat, 7 April 2023 | 07:00 WIB
Gambar Jenderal dan sahabat Nabi, Khālid bin al-Walīd, yang memimpin pasukan Muslim selama pertempuran Yarmouk.
Gambar Jenderal dan sahabat Nabi, Khālid bin al-Walīd, yang memimpin pasukan Muslim selama pertempuran Yarmouk. (Public Domain/ Wikimedia Commons)

Kalah jumlah dan strategi dari pasukan Romawi yang terlatih, tentara muslim berada di ambang kekalahan. “Formasi mulai amburadul, para pasukan pejalan kaki pontang-panting melarikan diri. Satu demi satu komandan muslim terbunuh,” jelas Latham.

“Pada saat itu, Khalid mengambil alih komando. Memahami keputusasaan situasi, ia mengambil tindakan nekat.”

Pertama, ia melancarkan serangan kilat ke arah-arah sisi pasukan Romawi. Upaya ini berhasil mengacaukan serangan dan menyurutkan momentum musuh.

Kemudian ia memerintahkan para pemanahnya, yang diposisikan di dataran tinggi, untuk menghentikan Bizantium maju. Strategi ini efektif, karena pasukan Romawi mundur dan berkemah tepat di luar jangkauan para pemanah muslim untuk bermalam.

Khalid memecah pasukannya menjadi beberapa kelompok kecil dan menempatkan mereka di titik-titik yang berbeda. Mereka diperintahkan untuk tiba di perkemahan muslim pada waktu yang berbeda di siang hari.

Strategi tersebut menciptakan ilusi kepada pasukan musuh, bahwa semakin banyak bala bantuan muslim yang datang. Hal ini menyebabkan tentara Bizantium panik dan mundur.

Latham menyatakan, bahwa banyak sejarawan Timur dan Barat memuji Khalid sebagai salah satu jendral pertama yang menggunakan perang psikologis secara efektif.

Sekembalinya ke Madinah, Muhammad menunjuk Khalid sebagai komandan tentara muslim berdasarkan kecakapan militernya dan memberinya gelar Sayf Allah (Pedang Allah).

“Hingga wafatnya Muhammad pada tahun 632 M, Khalid membantu kaum muslim merebut Mekah, Yalamlam, dan Tabuk.” terang Latham

Setelah tahun 632 M, Khalid mengambil alih kepemimpinan tentara muslim di bawah Abu Bakar. Ia merupakan seorang sahabat dekat Muhammad yang ditunjuk sebagai khalifah negara muslim setelah sang Nabi itu mangkat.

Selama periode ini, beberapa suku di sekitar Madinah dan Mekah menghentikan kesetiaan mereka kepada negara muslim. Beberapa orang dari dari suku-suku ini juga mengklaim bahwa dirinya adalah nabi baru Islam.

Abu Bakar menyadari bahwa klaim-klaim kenabian ini dapat menghancurkan negara Islam yang baru lahir. “Menanggapi situasi ini, ia mengutus Khalid Ibn Al-Walid untuk sebuah misi, yang kemudian dikenal sebagai perang Ridda,” imbuhnya.