Sahabat Manusia, Inilah Cara Terbaik Memelihara Kucing Menurut Sains

By Ricky Jenihansen, Sabtu, 15 April 2023 | 10:00 WIB
Pergeseran sosial dalam hubungan manusia dan kucing, membuat kucing menjadi sahabat manusia. (ASPCA)

Nationalgeographic.co.id - Hubungan kucing dan manusia saat ini telah bergeser dari awalnya kucing didomestikasi atau dijinakkan yang hanya dianggap sebagai untuk pengendalian hama. Kucing saat ini telah dianggap sebagai sahabat manusia yang berharga atau bayi berbulu dan memiliki hubungan yang lebih dekat.

Di zaman sekarang, banyak dari kita menemui kucing super ramah yang tampaknya suka dibelai satu menit, hanya untuk menggigit atau menggesek kita di menit berikutnya.

Mungkin mudah pada saat ini untuk menyalahkan kucing, tetapi yang mungkin terjadi di sini adalah kita tidak membelai mereka dengan benar. Untuk memahami mengapa hal ini terjadi, pertama-tama kita perlu mengetahui lebih banyak tentang nenek moyang kucing.

Lauren Finka, Postdoctoral Research Associate, Nottingham Trent University menulis untuk The Conversation, bagaimana seharusnya manusia memahami kucing dan bagaimana cara terbaik memelihara kucing menurut sains.

Seperti diketahui, nenek moyang kucing domestik (kucing liar Afrika) memang dianggap hanya sebagai pengendalian hama, tetapi kucing modern sering diperlakukan sebagai sahabat kita yang berharga atau bahkan "bayi berbulu".

Pergeseran sosial dalam hubungan manusia dan kucing ini diperkirakan terjadi sekitar 4.000 tahun yang lalu, lebih lambat dari hubungan manusia dan anjing sebagai hewan peliharaan. Namun waktu 4.000 tahun tidak cukup mengubah kucing sepenuhnya yang merupakan penyendiri dan kurang sosial.

"Meskipun ini mungkin tampak seperti waktu yang cukup bagi suatu spesies untuk sepenuhnya menyesuaikan diri dengan tuntutan sosial yang meningkat, hal ini tidak mungkin terjadi pada teman kucing Anda," tulis Finka.

"Kucing domestik juga menunjukkan perbedaan genetik yang relatif sederhana dari nenek moyang mereka, yang berarti otak mereka mungkin masih terhubung untuk berpikir seperti kucing liar yang suka menyendiri dan kurang sosial."

Di alam liar, kucing yang memakan makanan baru dapat menyebabkan sakit perut atau lebih buruk lagi. (Emmanuel Keller)

Kucing liar hidup menyendiri dan menginvestasikan banyak waktu dan upaya untuk berkomunikasi secara tidak langsung melalui pesan visual dan kimiawi hanya untuk menghindari keharusan bertemu satu sama lain. Jadi tidak mungkin kucing rumahan mewarisi banyak keterampilan sosial yang kompleks dari kerabatnya.

Manusia di sisi lain, pada dasarnya adalah spesies sosial, menyukai kedekatan dan sentuhan untuk menunjukkan kasih sayang.

Kita juga tertarik pada ciri-ciri yang tampak kekanak-kanakan, mata dan dahi besar, hidung kecil, dan wajah bulat. Inilah mengapa sebagian besar dari kita menganggap wajah kucing sangat lucu.