Baca Juga: 500 Tahun Berkuasa, Ini Peran Dinasti Joseon dalam Sejarah Korea
Baca Juga: Kisah Raja Agung Sejong dari Kekaisaran Korea, si Pencipta Hangul
Baca Juga: Kisah Hidup nan Memilukan Deokhye, Putri Terakhir Kekaisaran Korea
Suatu hari Raja Yeongjo memarahi Putra Mahkota Sado atas kesalahan yang tidak dilakukannya. Sanggung Choi dikisahkan maju untuk membela Sado di hadapan raja. Padahal saat itu, tidak ada yang berani maju, bahkan menteri sekalipun. Dalam kasus yang sama, Sanggung Lee dikatakan telah menghukum ratu karena telah mengkritik putra mahkota.
Insiden ini merupakan bukti nyata otoritas kuat dari sanggung istana, yang bangga menjadi pembawa adat istana.
Dalam angin puyuh perebutan kekuasaan politik yang berkembang pesat di istana, gungnyeo sering mendapati diri mereka terseret dalam intrik yang mengelilingi mereka. Di waktu lain, mereka hanya mengamati apa yang terjadi. Bagaimanapun juga, gungnyeo selalu menjadi agen penting di dalam tembok istana.
Tampaknya mereka tidak selalu memiliki pandangan positif tentang kekuasaan dan otoritas istana. Kim Myeong-gil, sanggung terakhir dari Dinasti Joseon, berkata, “Menghabiskan seluruh hidup—60 tahun—di dalam tembok istana, saya percaya bahwa sebagian besar orang yang menyebut diri mereka bangsawan adalah cangkang kosong. Banyak dari mereka menghabiskan hidup mereka dalam kenyamanan yang memalukan, merendahkan diri mereka bahkan lebih dari rakyat jelata.”
Seseorang tidak dapat menyalahkan Kim karena menjadi pesimis karena dia telah menyaksikan langsung jatuhnya Dinasti Joseon di Korea. Faktanya, gungnyeo adalah pengamat kunci dari orang-orang yang paling dekat dengan kekuasaan di istana.