Nationalgeographic.co.id—Para arkeolog mengumumkan telah menemukan timbunan ratusan koin dinar Romawi di hutan Tuscany, Italia.
Koin dinar tersebut, mungkin telah disembunyikan oleh seorang tentara selama perang saudara berdarah di Italia sekitar abad pertama Sebelum Masehi (SM).
Koin dinar Romawi tersebut merupakan peninggalan tersembunyi dari masa pergolakan dalam sejarah Romawi. Timbunan 175 koin perak yang digali di hutan di Italia mungkin telah dikubur untuk disimpan dengan aman selama perang saudara Romawi.
Dinar Romawi adalah mata uang Romawi yang terbuat dari perak dan bergambar kaisar Romawi. Mata uang itu setara dengan dirham Yunani yang kemudian dikenal dengan di Timur, termasuk Arab dan Persia.
Koin-koin itu tampaknya berasal dari tahun 82 SM. Semasa ketika jenderal Romawi Lucius Cornelius Sulla berperang berdarah di seluruh Italia melawan musuh-musuhnya di antara para pemimpin Republik Romawi. Perang itu menghasilkan kemenangan Sulla dan kenaikannya sebagai diktator negara Romawi.
Lucius Cornelius Sulla atau yang dikenal dengan Kaisar Sulla, merupakan jenderal dan negarawan Romawi yang hidup sekitar tahun 138 SM hingga 78 SM. Sulla pernah menjadi konsul dua kali dan kemudian menjadi diktator.
Sulla merupakan jenderal yang cakap dan tangguh, dia tak pernah sekalipun kalah dalam pertempuran. Dia menjadi satu-satunya orang dalam sejarah yang pernah menyerang dan menduduki Athena dan Roma.
Sekarang, para arkeolog yang menyelidiki timbunan 175 dinar Romawi perak dari masa pemerintahan Sulla.
Koin tersebut setara dengan puluhan ribu dolar dalam uang hari ini. Arkeolog menduga bahwa koin itu mungkin telah dikuburkan oleh seorang prajurit Romawi yang kemudian tewas dalam pertempuran.
Akan tetapi sejarawan Federico Santangelo, profesor yang mengepalai Sejarah Klasik dan Kuno di University of Newcastle di Inggris Raya, mengatakan bahwa hal itu juga dapat dikubur oleh seorang pengusaha yang ingin menyimpan uangnya dengan aman selama masa-masa sulit.
"Saya tidak berpikir kita harus melacak uang ini ke seorang prajurit, meskipun pada prinsipnya itu mungkin," katanya kepada Live Science. Santangelo tidak terlibat dalam penemuan itu.
Kronologi penimbunan koin tersebut menunjukkan bahwa banyak yang terkubur selama perang dan pergolakan.
"Sejumlah orang pada saat krisis mengubur simpanan uang mereka dan karena alasan apa pun dicegah untuk mengambilnya," kata Santangelo.

Penimbunan koin dinarPara peneliti menemukan timbunan koin yang terkubur dalam pot terakota pada tahun 2021 tetapi merahasiakannya agar situs tersebut dapat diselidiki sepenuhnya.
Lorella Alderighi, seorang arkeolog dari kantor arkeologi provinsi, mengatakan kepada Live Science bahwa koin-koin itu ditemukan oleh seorang anggota kelompok arkeologi di area hutan yang baru ditebang di timur laut kota Livorno di Tuscany.
Investigasi arkeologi mengungkapkan koin paling awal berasal dari 157 atau 156 SM, sedangkan yang terbaru berasal dari 83 atau 82 SM, katanya.
Menurut mereka, daerah itu mungkin dulunya berhutan seperti sekarang, di sebuah bukit kecil yang menghadap ke rawa.
Sisa-sisa pertanian Romawi sebelumnya telah ditemukan sekitar setengah mil atau sekitar 1 kilometer jauhnya.
"Koin-koin itu pasti disembunyikan - mereka merupakan 'harta karun' atau celengan," katanya.
"Cara termudah untuk menyembunyikan barang berharga adalah dengan menguburnya di bawah tanah, jauh dari rumah di mana tidak ada yang bisa menemukannya."
Namun, siapa pun yang mengubur koin itu tidak pernah kembali untuk memulihkannya. Alderighi menduga bahwa pemiliknya mungkin seorang tentara Romawi yang terjebak dalam konflik berdarah tersebut.
"Koin-koin ini mungkin tabungan seorang prajurit yang pulang (selama) dinas militer," katanya. "Dia menyembunyikannya karena itu merupakan jumlah yang berguna, mungkin untuk membeli dan memulai pertaniannya sendiri."
Masa-masa yang bergejolakAlderighi mencatat bahwa timbunan itu dikubur selama periode bermasalah dalam sejarah Italia.
Selama periode itu, orang-orang Romawi terjebak dalam perang saudara yang berdarah.
Beberapa tahun sebelumnya, Italia juga dilanda Perang Sosial antara Roma dan sekutu Italianya, sementara pada tahun 82 SM.
Sulla baru saja kembali dengan legiunnya dari Asia untuk menghadapi musuh-musuhnya di Roma, setelah menyerang kota itu pada tahun 88 SM. Dia dinyatakan sebagai musuh publik pada tahun 87 SM.
"Itu adalah periode sejarah yang sangat bergejolak," katanya. "Tentara Sulla menaklukkan wilayah saat mereka maju dari selatan ke utara. Tapi Italia tengah dan Tuscany belum ditaklukkan."
Baca Juga: Beragam Ritual Pernikahan Unik di Romawi Kuno hingga Afganistan
Baca Juga: Lima Mitos yang Jadi Bagian Tidak Terpisahkan dari Peradaban Romawi
Baca Juga: Julia, Anak Kaisar Romawi Augustus Terlibat Skandal Mati Diasingkan
Baca Juga: Dugaan Praktek Sihir, Kuburan Romawi Kuno Bertabur
Santangello menambahkan bahwa kemenangan Sulla di akhir tahun 82 SM itu hampir menjadi "cetak biru" bagi penguasa Romawi selanjutnya.
Kemenangannya diikuti sekitar 30 tahun kemudian oleh perang saudara Romawi yang jauh lebih besar. Perang saudara itu terjadi antara Julius Caesar dan Gnaeus Pompeius Magnus, atau Pompeius Agung, yang naik ke tampuk kekuasaan sebagai wakil Sulla.
Kemenangan Caesar dalam perang itu secara langsung mengarah pada naiknya kekuasaan Augustus, kaisar Romawi pertama, pada tahun 27 SM.
"Menjadi sangat jelas bagi semua orang bahwa siapa pun yang keluar sebagai pemenang perang saudara akan—mungkin tidak secara hukum, tetapi tentu saja dalam kenyataan menjadi penguasa Roma," kata Santangello.