Nationalgeographic.co.id—Menurut tradisi Korea, Dangun Wanggeom adalah pendiri legendaris Gojoseon (Old Joseon). Ini adalah kerajaan pertama yang tercatat dalam sejarah Korea.
Kerajaan ini menempati bagian utara semenanjung Korea dan sebagian timur laut Tiongkok. Bukti pendudukan ini didukung oleh penemuan artefak yang berkaitan dengan budaya Gojoseon di daerah tersebut.
Seperti banyak tokoh kuno lainnya, catatan arkeologi tidak banyak berbicara tentang Dangun. “Oleh karena itu, informasi seputar Dangun diperoleh dari sumber tertulis dan tradisi,” ungkap Wu Mingren di laman Ancient Origins.
Legenda Dangun
Dokumentasi paling awal dari legenda Dangun ditemukan di Samguk Yusa (Memorabilia Tiga Kerajaan) dan Jewang Ungi (Rhymed Chronicles of Sovereigns). Kedua tulisan ini diproduksi menjelang akhir abad ke-13 Masehi.
Legenda Dangun dimulai dengan memperkenalkan kakeknya, Hwan-in, dan ayahnya, Hwan-ung. Hwan-in disebut penguasa surga, sementara Hwan-ung adalah salah satu putra bungsu Hwan-in.
Suatu hari, Hwan-ung meminta ayahnya untuk menurunkannya ke bumi agar dia bisa mengatur wilayahnya sendiri.
Menurut salah satu interpretasi dari bagian kisah ini, sebagai anak bungsu dari penguasa surga, Hwan-ung tidak memiliki harapan untuk menggantikan ayahnya di surga.
Dangun memiliki harapan untuk menjadi penguasa dengan haknya sendiri dan menghindari konflik dengan kakak laki-lakinya. Maka ia memutuskan untuk pergi ke suatu tempat di mana dia dapat memerintah kerajaannya sendiri tanpa konflik.
Permintaan ini dikabulkan oleh Hwan-in. Sang penguasa surga mengamati bumi dan menetapkan bahwa Gunung Taebaek-san adalah tempat yang paling cocok untuk kerajaan Dangun.
Dalam beberapa versi kisah tersebut, Gunung Paektu, di perbatasan antara Korea Utara dan Tiongkok saat ini, yang dipilih oleh Hwan-in.
Pembentukan kerajaan dan pemerintahan
Hwan-ung kemudian turun ke pohon cendana keramat di puncak Gunung Taebaek-san. Dia membawa 3.000 pengikut dan tiga 'segel surgawi'. Selain itu, tiga roh angin, hujan, dan awan berfungsi sebagai menteri Hwan-ung.
Dengan demikian, sebuah pemerintahan didirikan, hukum dan kode moral dilembagakan.
1Pertanian, kedokteran, serta berbagai ilmu dan seni diajarkan. Singkatnya, Hwan-ung mendirikan masyarakat beradab di Gunung Taebaek-san.
Diyakini bahwa Dangun mendirikan Gojoseon, kerajaan pertama Korea, pada tahun 2333 Sebelum Masehi.
Dalam beberapa catatan, ibu kota kerajaan Dangun adalah Pyongyang, yang juga merupakan ibu kota Korea Utara saat ini.
Dangun kemudian memindahkan ibu kotanya ke Asadal, diduga berada di Gunung Guwol-san di Provinsi Hwanghae. Versi lain menyebutkan Asadal sebagai ibu kota asli Gojoseon.
Menurut legenda, Dangun memerintah negaranya selama 1.500 tahun, sebelum turun takhta.
Setelah itu, dia mengasingkan dirinya di pegunungan dan menjadi Sanshin (roh gunung yang abadi) pada usia 1908.
Beruang dan harimau, versi lain kisah Dangun
Bagian selanjutnya dari cerita ini berkaitan dengan ibu Dangun. Kisah ini melibatkan seekor harimau dan beruang. Kedua binatang ini datang ke kerajaan Hwan-ung dan berdoa agar bisa menjadi manusia.
Hwan-ung mendengar doa mereka. Ia pun memutuskan untuk memberi beruang dan harimau itu kesempatan. Maka, setiap hewan diberi seikat mugwort dan 20 siung bawang putih.
Hwan-ung menginstruksikan mereka untuk hanya mengonsumsi makanan suci ini dan tinggal di gua selama 100 hari. Setelah itu, keduanya akan menjadi manusia.
Harimau itu segera menyerah dan meninggalkan gua karena kelaparannya. Beruang itu, sebaliknya, mengikuti perintah Hwan-ung. Masa penantian berlalu dan si beruang berubah menjadi seorang wanita.
Ungnyeo (wanita beruang) berterima kasih kepada Hwan-ung dan memberikan persembahan kepadanya.
Di saat yang sama, Ungnyeo merasa sedih karena menyadari bahwa dia tidak memiliki pendamping.
Dia pergi ke pohon cendana keramat di puncak Gunung Taebaek-san. Di sana Ungnyeo berdoa agar diberikan seorang anak untuk menemaninya.
Tergerak oleh doanya, Hwan-ung mengubah dirinya menjadi manusia laki-laki dan menikah dengan Ungnyeo.
Sembilan bulan kemudian, Ungnyeo melahirkan seorang anak laki-laki dan menamainya Dangun. Dangun berarti Pangeran Altar atau Kayu Cendana.
Dangun disembah sebagai dewa dan menjadi inspirasi dalam seni bela diri
Status Dangun sebagai penguasa mulai dikukuhkan semenjak periode Dinasti Goryeo.
Baca Juga: Anggrek Kimilsungia, Persahabatan Indonesia-Korea Utara Era Sukarno
Baca Juga: Singkap Kehidupan dan Peran Gungnyeo, Dayang di Istana Dinasti Korea
Baca Juga: 500 Tahun Berkuasa, Ini Peran Dinasti Joseon dalam Sejarah Korea
Baca Juga: Kisah Hidup nan Memilukan Deokhye, Putri Terakhir Kekaisaran Korea
Pada periode Dinasti Joseon, makamnya mulai diidentifikasi dan upacara-upacara dilaksanakan untuk memujanya sebagai pendiri bangsa.
Pengaruh Dangun masih terasa sampai sekarang. Bagi penganut perdukunan Korea, misalnya, Dangun dipuja sebagai dewa.
Sejumlah gerakan yang berfokus pada pemujaan Dangun juga didirikan seiring berjalannya waktu. Namun, sistem kepercayaan tradisional ini dikatakan dipraktikkan oleh sebagian kecil orang Korea.
“Pengaruh lain dari Dangun dapat dilihat pada seni bela diri terkenal Korea yang dikenal dengan nama taekwondo,” tambah Mingren.
Pola kedua dalam bentuk Federasi Taekwondo Internasional (ITF) dinamai menurut sosok legendaris ini. Gerakannya dikatakan mewakili hubungan antara Dangun, surga, dan gunung tempat ia menjadi abadi.
Akhirnya, 3 Oktober dikenal sebagai National Foundation Day dan merupakan hari libur umum di Korea Selatan.
Orang Korea meyakini bahwa ini adalah hari ketika Gojoseon didirikan oleh Dangun pada tahun 2333 Sebelum Masehi.
Tempat pemujaan Dangun secara nasional yang paling dikenal ialah Altar Chamseong di Gunung Mani, Pulau Ganghwa.