Raja Goujian diam-diam mempersiapkan bangsanya untuk perang. Untuk memaksimalkan pertumbuhan penduduk, laki-laki dan perempuan hanya boleh menikah jika usia mereka tidak terpaut jauh.
Untuk meringankan beban rakyat, dia menghindari menaikkan pajak mereka. “Dengan cara ini, kekuatan Yue tumbuh,” tambah Timm.
Secara lahiriah, para pemimpin Yue sangat patuh pada penguasa Wu mereka. Saat berbisnis, Goujian dan para menterinya selalu membiarkan Wu mendapatkan kesepakatan yang lebih baik. Banyak wanita cantik dikirim dari Yue ke Wu untuk dijadikan selir.
Kecantikan yang menjadi senjata ampuh
Raja Fu Chai yakin bahwa Yue telah dikalahkan dan tidak akan ada lagi konflik antara kedua kerajaan. Padahal, menteri seniornya yang berpengalaman, Wu Zixu, telah memberinya peringatan berulang kali.
Sayangnya, Fu Chai menganggapnya sebagai orang tua pikun dan berusaha menentang semua perkataannya.
Ketika Fu Chai ingin berdamai dengan Yue alih-alih menghancurkannya sepenuhnya, Wu Zixu mengkritiknya. Ketika Fu Chai mengizinkan Goujian pulang ke Yue, Wu Zixu mengkritiknya. Ketika Fu Chai dengan sembrono menyerang kerajaan lain, Wu Zixu kembali mengkritiknya.
Dan ketika tangan kanan Goujian (Fan Li) mengirim si cantik Xi Shi untuk menjadi selir Fu Chai, Wu Zixu kembali menentangnya.
Xi Shi adalah salah satu dari Empat Kecantikan Tiongkok. Ia ditemukan Fan Li saat dia sedang mencuci pakaian di tepi sungai. Xi Shi memiliki sedikit pendidikan dan etiket, tetapi Fan Li melatihnya dalam berbagai keterampilan, termasuk musik dan menari.
Setelah 3 tahun, dia menjadi selir yang sempurna. Tidak mengherankan, Fu Chai langsung menerima Xi Shi. Untuk menyenangkannya, dia menghabiskan banyak uang untuk pembangunan istana dan bahkan danau buatan.
Alih-alih mengurus masalah politik, dia menghabiskan hari-harinya di sisinya. Keadaan Wu yang kuat pun akhirnya semakin dekat dengan kehancuran.
Penurunan dan kehancuran