Sejarah Segitiga Bermuda dan Dugaan soal Posisinya yang Membawa Petaka

By Sysilia Tanhati, Minggu, 14 Mei 2023 | 11:00 WIB
Hilangnya Penerbangan 19 menciptakan banyak dugaan tentang posisi Segitiga Bermuda yang membawa petaka. ( National Hurricane Center)

Taylor tersesat tak lama setelah pengeboman berlangsung. Pilot yang terbang di atas air pada tahun 1945 harus mengandalkan kompas. Ia perlu mengetahui sudah berapa lama mereka terbang ke arah tertentu dan dengan kecepatan berapa.

Kedua kompas di pesawat Taylor tampaknya tidak berfungsi. Transkrip komunikasi dalam penerbangan menunjukkan dia tidak memakai jam tangan. Tidak ada tengara di tengah lautan.

Legenda Segitiga Bermuda akan selamanya dikaitkan dengan penerbangan bersejarah yang naas pada 5 Desember 1945. (Lt. Comdr. Horace Bristol, U.S. Navy)

Pesawat-pesawat terbang ke satu arah lalu ke arah lain saat siang hari yang sejuk berubah menjadi lautan badai dalam kegelapan.

Taylor terdengar sedang menyusun rencana. Namun kemudian tingkat bahan bakar pesawat pertama turun di bawah 10 galon, kelima pesawat harus dibuang ke laut.

The Avenger dikenal sebagai pesawat yang sangat tahan banting. Pilot kadang-kadang menyebutnya "Burung Besi" atau pabrik besi Grumman, kata Mark Evans, sejarawan di Sejarah Penerbangan Angkatan Laut dari Pusat Sejarah Angkatan Laut.

"Mereka dibangun seperti tank," katanya. "Berkali-kali mereka kembali dari pertempuran dengan semangat dan masih berfungsi. Para pilot menyukai mereka."

The Avengers juga sangat berat, dengan berat kosong lebih dari 4.535 kilogram. Saat dibuang, Avenger akan jatuh dengan keras dan cepat. Kemungkinan ada orang yang selamat dari pendaratan di laut lepas sangat tipis.

Peluang untuk bertahan di malam hari di perairan dingin adalah nol. Selain itu, kemungkinan rongsokan pesawat turun dengan cepat ke dasar sangat tinggi.

Pencarian darat dan laut besar-besaran dilakukan. Namun tidak ada mayat atau reruntuhan yang pernah ditemukan.

Menambah tragedi, salah satu pesawat penyelamat juga menghilang bersama 13 awaknya. Pesawat mereka, PBM Mariner, dijuluki tangki bensin terbang.

Percikan api sekecil apa pun atau korek api yang menyala dapat menyebabkan ledakan. Sebuah kapal di daerah tersebut melaporkan melihat bola api besar. Bola api itu melintasi lapisan minyak pada waktu dan tempat yang tepat di mana pesawat seharusnya berada. Angkatan Laut menghentikan produksi pesawat itu pada tahun 1949.