Tujuh Perempuan asal Inggris sampai Aceh Mengubah Sejarah Dunia

By National Geographic Indonesia, Jumat, 12 Mei 2023 | 12:00 WIB
Para perempuan di penjuru dunia bertarung angkat senjata melawan ketidakadilan. Sederet nama yang kita kenang: Boudicca, Tomoe Gozen, Joan of Arc, Tang Sai-er, Prudence Cummings Wright, Buffalo Calf Road Woman, sampai Laksamana Malahayati. (Public Domain)

Buffalo Calf Road Woman: Petarung Cheyenne

Pertempuran Little Bighorn terkenal sebagai peristiwa bersejarah di mana Letnan Kolonel George Custer menemui ajalnya. Saat itu Resimen Kavaleri ke-7 AS berhadapan dengan orang-orang Indian Dataran Rendah. 

Pada 25 Juni 1876, dua wanita prajurit Indian, Buffalo Calf Road Woman (Cheyenne) dan Pretty Nose (Arapaho) berpartisipasi dalam Pertempuran Little Bighorn. Buffalo Calf Road Woman membunuh George Custer, memukul kepalanya, saat menunggang kuda sehingga tewas. (Public Domain)

Sejarah yang kurang dikenal adalah peran prajurit Cheyenne, bernama Buffalo Calf Road Woman. Dia telah memantapkan dirinya sebagai pejuang yang menakutkan selama Perang Sioux tahun 1876.

Dengan gagah berani, dia menyelamatkan adik laki-lakinya dalam Pertempuran Rosebud—orang Cheyenne menamai pertempuran itu "Pertarungan Di Mana Gadis Menyelamatkan Adiknya".

Di Little Bighorn pada tahun yang sama, dia bertarung di samping suaminya, Black Coyote. Menurut kisah lain, ada orang yang memukul Custer dari kudanya dengan pentungan sebelum dia ditembak dan dibunuh. 

Laksamana Malahayati dari Aceh Melawan Keangkuhan Eropa

Laksamana Keumalahayati (1550-1615) yang menggeluti aktivitas militer dan politik memiliki peranan dan perjuangan yang sangat besar terhadap Kerajaan Aceh Darussalam. Kisah lengkapnya bisa dibaca di sini.

Perempuan pemberani ini tercatat dalam sejarah ikut serta mengantarkan kerajaan itu menuju puncak kegemilangan dan keemasannya. 

Laksamana Malahayati, pahlawan nasional dari Aceh. (national geographic.grid.id)

Laksamana Malahayati pun memimpin armada perang. Dalam buku Perempuan Keumala karya Endang Moedopo, Malahayati dengan beraninya berhadapan Cornelis de Houtman di atas kapal pada 1599. Ia pun berhasil membunuhnya.

Dia merupakan perempuan pertama di dunia modern yang menjabat sebagai pemimpin 2.000 sampai dengan 3.000 lebih Armada Inong Bale atau wanita Janda. Malahayati melatih para janda tersebut untuk menjadi pasukan Kasultanan Aceh yang tangguh.

Bersama pasukannya, ia sering terlibat dalam pertempuran, baik melawan Belanda atau Portugis. Tidak hanya di Selat Malaka, tapi juga di daerah pantai timur Sumatra dan Malaya.

Malahayati sangat dihormati dan disegani baik kawan maupun lawan. Sebagai perempuan Aceh, dia memiliki peran yang luar biasa besar di bidang politik dan militer. Peranan ini menunjukkan bahwa aktivitas politik dan militer tidak hanya milik kaum pria.