Nationalgeographic.co.id—Krisan, bunga musim gugur sering muncul dalam dekorasi musim gugur di Jepang. Ini adalah tanaman berbunga abadi yang berasal dari Asia Timur di mana mereka memiliki sejarah panjang. Pertama kali dibudidayakan di Tiongkok kuno sejak abad ke-15 Sebelum Masehi, bunga krisan menjadi simbol Kekaisaran Jepang.
Adopsi budaya Tiongkok oleh Kekaisaran Jepang
Di masa lalu, rakyat jelata adalah petani dan mempraktikkan kepercayaan lokal yang melibatkan pemujaan roh alam dan nenek moyang mereka. “Di sisi lain, kaum kelas atas banyak dipengaruhi oleh budaya Tiongkok kuno,” tulis Caren White di laman Owlcation. Mereka mengadopsi cara berpakaian, tulisan, dan kepercayaan tetangga mereka yang dianggap lebih maju.
Berkat adopsi sistem penulisan, karya sastra pertama Jepang pun muncul. Ada juga upaya untuk merekam sejarah kekaisaran. Sama pentingnya adalah penyebaran ajaran Buddha.
Buddhisme telah diperkenalkan ke Jepang pada abad ke-6 Masehi tetapi tidak dianut oleh penduduk sampai periode Nara. Saat itu, Kaisar Shomu mengadopsi ajaran Buddha tersbut dan secara aktif mempromosikannya ke seluruh negeri.
Penyebaran bunga krisan di Kekaisaran Jepang
Krisan telah dibudidayakan untuk tujuan pengobatan dan kuliner sejak zaman kuno di Tiongkok. Bunga ini dibawa ke Kekaisaran Jepang sekitar periode Nara (710–794) dan Heian (794–1185).
Choyo-no-sekku (Festival Bunga Krisan), salah satu dari lima festival musiman yang berasal dari Tiongkok, diperingati pada tanggal 9 September. Dalam festival ini, masyarakat Jepang merayakan khasiat obat krisan yang membawa kesehatan dan umur panjang.
Pada awal periode Edo (1603–1868), antusiasme untuk membudidayakan bunga pun muncul. Saat itu, berbagai varietas baru dikembangkan. Itu juga menyebabkan kebiasaan memajang bunga krisan dengan cara yang rumit. Termasuk ditata rapi di hamparan bunga atau dalam bentuk boneka.
Menjelang akhir periode Edo dan awal periode Meiji (1868–1912), jenis krisan baru menyebar ke Kekaisaran Tiongkok. Bahkan hingga ke Eropa dan memicu “ledakan” hortikultura yang besar.
Mengapa bunga krisan dijadikan simbol Kekaisaran Jepang?
Diperkirakan bahwa krisan pertama kali diadopsi sebagai lambang keluarga kekaisaran pada awal periode Kamakura (1185–1333) melalui pengaruh Kaisar Go-Toba. Sang Kaisar Jepang menyukai desain bunga dan sering menggunakannya.
Selama periode Meiji, desain bunga krisan dengan 16 kelopak ganda ditetapkan sebagai lambang resmi keluarga Kekaisaran Jepang. Ini ditetapkan secara rinci sebagai diagram dalam Peraturan Upacara Rumah Tangga Kekaisaran tahun 1926.
Keluarga kekaisaran terpesona oleh bunga itu, sedemikian rupa sehingga mereka menggunakannya pada stempel resmi hingga di singgasana kekaisaran. “Sejak saat itu, istilah “takhta krisan” mengacu baik pada takhta yang sebenarnya maupun kaisar itu sendiri,” imbuh White. Dengan demikian, krisan menjadi simbol kaisar dan keluarga Kekaisaran Jepang hingga kini.
Mengapa hanya laki-laki yang diizinkan di Singgasana Bunga Krisan?
Kaisar Jepang tidak memiliki peran politik dalam konstitusi Jepang. Namun signifikansi simbolis dan budaya terkait dengan mitos kuno di mana kaisar adalah keturunan langsung dari dewi matahari Amaterasu.
Selain itu di Kekaisaran Jepang, hanya laki-laki saja yang bisa menduduki takhta krisan. Apa sebabnya? Salah satu argumen utama yang menentang seorang wanita naik takhta adalah pemudaran garis keturunan Kekaisaran Jepang.
Seorang kaisar wanita yang berkuasa dapat menikahi orang biasa dan memiliki keturunan. Ini membuat “darah” kekaisaran menjadi tidak murni lagi.
Krisan dalam budaya Jepang modern
Krisan dikenal sebagai kiku di Jepang dan sangat populer hingga saat ini. Gambar bunga ini digunakan dalam mata uang, paspor, dan dicetak pada kain. Bahkan ada penghargaan yang disebut Orde Tertinggi Krisan. Ini adalah kehormatan tertinggi di negara ini. Hanya warga negara Jepang yang berhak atas penghargaan bergengsi ini.
Dalam kehidupan sehari-hari warna bunga memiliki arti tertentu. Krisan merah memiliki konotasi romantis yang mirip dengan mawar merah dalam budaya Barat. Krisan putih digunakan dalam upacara pemakaman dan diletakkan di makam. Putih adalah warna berkabung di Jepag.
Budaya Jepang memiliki bunga untuk setiap bulan dalam setahun. Krisan adalah bunga untuk bulan September. Hari Krisan Nasional pun dirayakan setiap tanggal 9 bulan kesembilan. Dalam numerologi, angka sembilan dianggap menguntungkan.
Hari raya tersebut ditetapkan pada tahun 910 Masehi ketika pertunjukan bunga krisan pertama kali diadakan. Itu disponsori oleh keluarga Kekaisaran Jepang. Selain itu, ada banyak festival musim gugur lokal yang dirayakan di seluruh negeri yang berpusat pada bunga krisan. Itu termasuk tradisi kuno seperti mendekorasi boneka dengan bunga.
Di Jepang, bunga krisan juga dikonsumsi. Cara paling umum untuk mengonsumsinya adalah dengan merendam bunga dalam air panas. Krisan memiliki aroma bunga yang khas, rasa pahit, dan tekstur yang renyah.
Bunga krisan kuning kecil yang sering dikira sebagai hiasan untuk sashimi sebenarnya bisa dimakan. Namun, krisan kuning kecil itu tidak boleh dimakan utuh.
Kelopaknya harus dipisahkan, dicelupkan ke dalam kecap, dan dimakan dengan sashimi. Cara ini menambahkan aroma lembut dan sedikit rasa pahit yang melengkapi rasa ikan.
Di masa lalu, pengaruh Tiongkok tampak nyata di Kekaisaran Jepang. Salah satu pengaruh yang masih bertahan hingga kini adalah bunga krisan yang menjadi simbol Kekaisaran Jepang.