Gangguan Mental Raja George III: Sebuah Tragedi bagi Kerajaan Inggris

By Sysilia Tanhati, Rabu, 24 Mei 2023 | 14:00 WIB
Raja George III dari Kerajaan Inggris adalah raja yang populer. Di masa pemerintahannya, ia mendukung dan mempromosikan seni dan sains. Sayangnya, ia memiliki gangguan mental yang tidak bisa ditangani dengan baik saat itu. (Allan Ramsay )

Nationalgeographic.co.id—Indikasi pertama bahwa ada yang tidak beres dengan Raja George III dari Kerajaan Inggris terjadi pada musim semi 1765. Saat itu ia mengalami demam, batuk yang menyiksa, penurunan berat badan tiba-tiba dan insomnia.

Bersamaan dengan gejala-gejala ini muncul sesuatu yang tidak terduga—gangguan kognitif yang nyata. Itu adalah awal dari gangguan kesehatan mental Raja George III yang menjadi tragedi bagi Kerajaan Inggris.

Gangguan kognitif itu menimbulkan kekhawatiran tidak hanya di antara para staff raja, tetapi juga bagi raja sendiri. “Saat itu, undang-undang parlemen disahkan untuk melantik wakil penguasa jika George tidak mampu memerintah kelak,” tulis BP Perry di laman History.

Penyakit George yang kedua muncul pada tahun 1788 dan jauh lebih buruk daripada yang pertama. Padahal sebelumnya George menunjukkan tekanan mental ringan, kali ini dia dilanda mania. Berada di Kastel Windsor pada saat itu, perilaku raja dengan cepat lepas kendali. Dia menjadi sangat kasar kepada semua orang di sekitarnya, menderita halusinasi, berbicara omong kosong tanpa henti selama berjam-jam.

Sang raja bahkan melancarkan rayuan yang tidak pantas terhadap wanita dan mencoba melakukan beberapa serangan seksual. Tidak hanya itu, penguasa Kerajaan Inggris itu kerap mengalami kejang-kejang yang sangat parah. Ini membuat para pelayan harus menjepitnya ke lantai untuk mencegahnya melukai dirinya sendiri.

Orang gila yang mengoceh

Keluarga dan staf Kerajaan Inggris menjadi sangat bingung. Pria keluarga yang ramah dan sopan ini telah berubah menjadi orang gila yang mengoceh. Seorang pengunjung Windsor terheran-heran menyaksikan George mengubur bistik di pekarangan kastil. Saat melakukannya, sang raja percaya itu akan tumbuh menjadi pohon daging sapi.

“Yang lain melihat raja mencoba berjabat tangan dengan pohon ek, percaya itu adalah Raja Prusia,” tambah Perry.

Robert Greville (Baron Brooke yang Kedua) adalah salah satu dari banyak yang mengamati perilaku aneh raja dari dekat. Dalam jurnalnya, Greville mengenang bagaimana George menghabiskan Hari Natal 1788:

“Dia saat ini memiliki bagian dari seprai di bawah tempat tidurnya. Raja melepas topi tidurnya dan menutupi kepalanya dengan sarung bantal. Bantal itu ada di tempat tidur bersamanya dan ia beri nama Pangeran Octavius, yang baru lahir hari ini.”

Beragam upaya dilakukan untuk menyembuhkan kegilaan pemimpin Kerajaan Inggris

George dipindahkan dari apartemennya di Windsor ke Dutch House di Istana Kew di London. Di sana, dokternya mencoba dan gagal menyembuhkan kegilaannya.