Mereka melakukan beberapa perawatan yang sekarang kita anggap sebagai bentuk penyiksaan. Ini termasuk mengoleskan bubuk sarat arsenik ke kulit raja untuk membuatnya terbakar dan melepuh. Bahkan dokter membuatnya kelaparan dan menceburkannya ke dalam air dingin yang membekukan. Raja juga diberi obat emetik untuk membuatnya muntah dan obat pencahar untuk membuatnya diare.
Semua perawatan itu dimaksudkan untuk 'mengeluarkan' kegilaan raja dan memulihkan kesehatannya. Tidak mengherankan, tidak ada satu cara pun yang berhasil menyembuhkan sang raja.
Ratu Charlotte, istri George III, pun beralih ke Francis Willis. Willis adalah seorang dokter dan pendeta provinsi yang menjadi perhatian nasional. Konon ia berhasil merawat apa yang kemudian dikenal sebagai 'orang yang salah' di rumah sakit jiwa pribadinya di Lincolnshire.
Willis percaya bahwa akar penyebab penyakit mental adalah terlalu bersemangat. Dia bermaksud menyembuhkan raja dengan mengontrol perilakunya secara ketat.
Ketika George terus mengoceh dan menyerang orang di sekitarnya, Willis memerintahkan para pelayan raja untuk menyumpal mulutnya. Ia dipakaikan sebuah jaket pengekang.
George dibiarkan seperti itu, meronta-ronta dan membuat suara yang tidak bisa dimengerti sampai lelah dan tenang. Ketika berperilaku baik, raja diizinkan untuk bertemu dengan anggota keluarganya. Ketika bertingkah buruk, ia harus kembali ke jaket pengekang.
Bahkan waktu makan pun diatur. Ketika George sakit, dia makan bubur dengan sendok kayu; ketika dia baik, dia diizinkan menggunakan peralatan makan.
Pemulihan
Raja perlahan mulai pulih di bawah perawatan Willis, meskipun masih diperdebatkan apakah metode dokter berkontribusi pada kesembuhannya. Pada 1789, George benar-benar kembali normal. Kesembuhannya membuat lega sang perdana menteri, William Pitt the Younger. Konon William takut jika kekuasaan jatuh ke tangan putra George yang menyukai saingan Pitt.
Untuk perannya dalam pemulihan raja, Willis dianugerahi £1.500 setahun selama 21 tahun. Willis kembali ke Lincolnshire dan membuka rumah perawatan kedua di Shellingthorpe Hall. Di sana, lebih banyak pasien dapat dirawat dengan teknik mutakhirnya.
Sayangnya, pemulihan Raja George III tidak berlangsung lama. Pada tahun 1801 dan lagi pada tahun 1804 ia kambuh dan kembali dikurung di Dutch House. Meski berhasil pulih, kesehatan mental dan fisiknya makin memburuk.