Senja di Sigi, Mencicipi Kopi Pipikoro yang Ditanam Secara Sadar Lingkungan

By Fathia Yasmine, Jumat, 9 Juni 2023 | 13:32 WIB
Kopi khas Kabupaten Sigi, belum dikenal luas tetapi punya keunikan tersendiri. ((DOK.National Geographic Indonesia/Donny Fernando). )

Nationalgeographic.co.id -  Budaya minum kopi yang semakin menjadi tren di kalangan masyarakat Indonesia membuat komoditas tersebut populer. Buktinya, menurut data International Coffee Organization, pada 2020 hingga 2021, konsumsi biji kopi di seluruh Indonesia mencapai 300 juta kilogram.

Pencinta kopi pun semakin berani mengeksplorasi cita rasa biji-biji kopi khas Nusantara. Kini kopi Nusantara semakin familiar di kalangan penikmat kopi. Bahkan, di beberapa roastery atau pusat penyangraian kopi, permintaan biji kopi lokal semakin mendominasi.

Tingginya permintaan tak hanya untuk biji kopi khas Nusantara yang tumbuh di Pulau Jawa, tetapi juga pulau lain di Indonesia. Misalnya saja, Sulawesi.

Baca Juga: Memperkenalkan Investasi Berbasis Alam Lewat Festival Lestari V  

Berkunjung ke pulau tersebut, khususnya ke Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah, penikmat kopi dapat menemukan kopi berjenis arabika dan robusta yang unik. Salah satunya kopi yang tumbuh di Pipikoro.

Sebagai informasi, Pipikoro merupakan salah satu kecamatan penghasil kopi di kabupaten yang merupakan anggota dari Lingkar Temu Kabupaten Lestari (LTKL) tersebut. Kecamatan lainnya ada Kulawi, Palolo, dan Tompu.

Di Pipikoro, para penikmat kopi dapat menikmati senja ditemani kopi khas Kabupaten Sigi yang perkebunannya berada di kawasan hutan.

Terinspirasi dari kekayaan kopi Pipikoro dari kecamatan tersebut, Harri Ramdhani mendirikan Pipikoro Coffee and Roastery. 

Pria yang akrab disapa Obhy tersebut mengatakan, biji-biji kopi yang ada di kafenya bukan kopi sembarangan. Biji kopi diantar langsung dari kebun oleh para petani kopi. Meski mengusung nama Kopi Pipikoro, kafe yang ia kelola juga menerima biji kopi dari Kulawi, Palolo, dan Tompu.

Para petani memilih dan memetik buah kopi secara manual. Buah kopi kemudian diolah secara mandiri oleh para petani hingga berbentuk biji.

“Biji kopi kami selalu diambil dari petani langsung. Untuk quality control sendiri, kami selalu memakai biji kopi yang masih hijau,” ungkap Obhy.

Ada alasan mengapa biji kopi yang diambil harus yang berwarna hijau. Menurut Obhy setelah disangrai, biji kopi akan berwarna lebih seragam dan aromanya lebih khas.