Selain itu, dengan menaklukkan musuh yang begitu kaya, aturan Khan akan semakin terlegitimasi. Suara-suara yang tidak setuju dengan kepemimpinan Khan adalah hal biasa, karena dia adalah seorang kaisar Mongol yang dinobatkan di Tiongkok, membuat banyak orang berspekulasi bahwa dia tidak cocok untuk posisi itu.
Meskipun Kublai Khan dan gerombolan Mongolia-nya adalah prajurit yang ulung di medan perang, pengetahuan mereka tentang perang laut dan angkatan laut, yang diperlukan untuk menyerang Jepang, sangat terbatas.
Menyusul aneksasi Korea, Khan memerintahkan rakyat Korea barunya untuk membangun angkatan laut yang luas untuknya guna mengangkut pasukannya melintasi Laut Kuning.
Orang Korea membangunkan untuk Khan 300 kapal besar dan 400 hingga 500 kapal kecil. Kapal-kapal ini untuk membawa pasukan yang terdiri dari 20.000 orang Tiongkok dan Mongolia serta 14.000 prajurit dan pelaut Korea.
Jumlah pasukan itu sangat besar. Sebagai perbandingan, William Sang Penakluk, penakluk Prancis di Inggris, hanya membawa 5.000 orang bersamanya ke Pertempuran Hastings pada 1066.
Khan, yang akhirnya terpaksa beralih ke langkah-langkah militer, telah berusaha mati-matian untuk meyakinkan Keshogunan Kamakura untuk tunduk pada pemerintahannya di tahun-tahun sebelumnya dengan mengirimkan serangkaian misi diplomatik yang gagal. Keshogunan Kamakura adalah keshogunan militer Jepang yang memiliki keputusan akhir dalam urusan kaisar Jepang.
Pada tahun 1266 Khan telah meminta kepada kaisar Jepang, yang dia gambarkan sebagai "penguasa negara kecil", untuk tunduk pada kekuasaannya. Namun usha ini tak berhasil.
Pada 1269, setelah tawaran lain yang gagal, Khan menggunakan taktik yang tak biasa dengan menculik dua orang Jepang, menunjukkan kepada mereka kejayaan istana Mongol, dan mengembalikan mereka ke Jepang. Dia masih tidak mendapat tanggapan. Hingga tahun 1272 bangsa Mongol akan mengirimkan empat delegasi lagi.
Pada 1274, ketika pasukan Khan pertama kali mendarat di beberapa pulau kecil di dekat pantai barat laut Kyushu, mereka melenyapkan pasukan Jepang. Pasukan Mongol berikutnya mendarat di pantai Kyushu, memasuki kota perdagangan Hakata yang mewah, dan, melepaskan semburan kehancuran dan api, mereka meratakannya dengan tanah.
Para samurai, yang memiliki sedikit pengalaman melawan bangsa Mongol, dilemahkan oleh kode pertempuran "bushido" mereka, yang lebih menyukai pertempuran satu lawan satu. Bangsa Mongol tidak mengikuti "bushido", dan lebih suka menyerang secara berkelompok dan mengerumuni para samurai.
Samurai Jepang Takezaki Suenaga melaporkan bagaimana dirinya dan tiga rekannya terluka oleh serangan Mongol yang marah. Mereka diselamatkan oleh serangan balik Jepang yang terlambat.