Senjata pertama adalah senjata api laras panjang yang disebut harquebus. Senjata api ini tiba bersama pelaut Portugis yang karam pada tahun 1543.
Perajin logam terampil di Kekaisaran Jepang dengan cepat menguraikannya dan mulai memproduksi senjata untuk daimyo yang berperang. Nobunaga pun dengan cepat memanfaatkan penemuan baru yang menjanjikan ini. Ia adalah orang pertama yang mengatur unit yang dilengkapi dengan senapan.
Dalam Pertempuran Nagashino tahun 1575, prajurit bersenjatanya bertahan dengan menghancurkan kavaleri musuh yang maju dari belakang pagar kayu.
Pada tahun 1582, Nobunaga telah menaklukkan Jepang tengah dan berusaha memperluas kekuasaannya atas Jepang barat. Pada bulan Juni tahun itu, dia mengirim pasukan untuk membantu sekutunya, Toyotomi Hideyoshi.
Salah satu pengikut Nobunaga, Akechi Mitsuhide, memberontak dan menyerangnya di dalam sebuah kuil di Kyoto. Saat kuil terbakar di sekelilingnya, Nobunaga yang terluka melakukan seppuku (ritual pengeluaran isi perut).
Pada saat kematiannya, Nobunaga telah berhasil menguasai hampir separuh Kekaisaran Jepang.
Toyotomi Hideyoshi, pemersatu kedua
Pembunuh Nobunaga bertahan sekitar 2 minggu berkuasa. Setelah itu, ia dihancurkan oleh sekutu Nobunaga, Toyotomi Hideyoshi (1537–1598).
Siapa sangka jika komandan berbakat ini adalah putra seorang petani? Hideyoshi menambah wilayah Nobunaga dalam serangkaian pertempuran sengit sepanjang tahun 1580-an. Dia lihai dalam damai seperti dalam perang.
Pada Perburuan Pedang Besar tahun 1588, Hideyoshi melucuti senjata kaum tani. Menyita pedang dari semua non-samurai, ia mengeklaim jika senjata itu dibutuhkan untuk pembuatan patung Buddha. Langkah ini membantu mengonsolidasikan kekuatan kelas penguasa dan mengurangi kemungkinan pemberontakan.
Pengikutnya yang kuat dan loyal diberi hadiah sebuah wilayah yang jauh dari pusat kekuasaan. Dengan cara ini, Hideyoshi makin memperluas kendalinya.