Nationalgeographic.co.id—Demi kehormatan, samurai Kekaisaran Jepang memilih untuk melakukan bunuh diri setelah mengalami kekalahan yang memalukan.
Praktik ini dikenal dengan sebutan hara-kiri atau seppuku: bunuh diri formal dengan mengeluarkan isi perutnya sendiri. Seperti yang bisa dibayangkan, ini adalah cara mati yang menyakitkan dan mengerikan.
Jadi mengapa samurai di Kekaisaran Jepang tunduk pada tradisi tersebut?
Apa beda hara-kiri dan seppuku?
Satu kesalahpahaman yang harus diluruskan terkait hara-kiri dan seppuku. Hara-kiri bukanlah kata 'vulgar' untuk seppuku. Kedua kata tersebut ditulis dengan kanji yang sama.
Orang Jepang menyebutnya hara-kiri, digunakan dalam bahasa lisan. Sedangkan seppuku digunakan dalam dokumentasi Tiongkok klasik, ini juga dianggap sebagai kata formal.
Interpretasi lain dari perbedaan tersebut adalah bahwa seppuku mengacu pada ritual lengkap, sedangkan hara-kiri adalah tindakan yang disederhanakan.
Hara-kiri dan seppuku, sebuah ritual yang dilakukan oleh samurai di Kekaisaran Jepang
Praktik hara-kiri memiliki banyak detail yang berbeda tetapi beberapa elemen sama untuk semua versi ritual.
Samurai yang berniat bunuh diri harus memiliki waktu dan tanggal yang ditetapkan untuk tindakan tersebut sehingga persiapan dapat dilakukan.
Sekotak sutra akan diletakkan di atas tanah, di mana samurai akan berlutut di seiza dengan tanto diletakkan di depannya. Tanto adalah belati pendek yang dikenakan bersama dengan katana dan wakizashi.
“Samurai akan membuat puisi kematian yang ditinggalkan untuk anak cucu,” tulis Michael Smathers di laman The Collector.
Source | : | The Collector |
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR