Tiga Pemersatu, Para Samurai yang Berjasa Menyatukan Kekaisaran Jepang

By Sysilia Tanhati, Sabtu, 17 Juni 2023 | 08:00 WIB
Pada Periode Negara Berperang di Kekaisaran Jepang, ada tiga samurai yang menonjol. Mereka kelak dikenal sebagai tiga pemersatu yang berhasil menyatukan wilayah Jepang. (Yoshitoshi)

Menghancurkan kastel saingannya yang lebih kecil, dia melanjutkan untuk membangun beberapa kastel yang mengesankan di seluruh Kekaisaran Jepang. Salah satunya adalah Kastel Osaka. Benteng megah ini berfungsi sebagai basis kekuatannya dan simbol otoritasnya. Proyek pembangunan kastel Hideyoshi berkontribusi pada pengembangan arsitektur dan teknik yang canggih.

Vakum kekuasaan

Setelah dua invasi yang gagal ke Korea pada tahun 1590-an (Perang Imjin), Hideyoshi meninggal pada tahun 1598. Sang pemersatu meninggalkan seorang anak laki-laki dan kekosongan kekuasaan.

Pasukan saingan berhadapan untuk merebut kendali. Tentara di barat, dipimpin oleh Ishida Mitsunari, berkumpul bersama untuk menghadapi pasukan di timur, dipimpin oleh Tokugawa Ieyasu. “Ieyasu sebelumnya adalah salah satu pengikut Hideyoshi yang paling kuat,” tambah Daniels.

Kedua pasukan bertemu di desa Sekigahara, timur laut Kyoto. Pada suatu pagi di bulan Oktober yang berkabut dan hujan di tahun 1600, mereka terlibat dalam pertempuran besar. 89.000 prajurit Ieyasu melawan 82.000 prajurit Mitsunari.

Namun konflik pun akhirnya bisa diselesaikan. Dua daimyo Mitsunari yang tidak puas diam-diam mengatakan kepada Ieyasu bahwa mereka tidak akan mematuhi perintah pemimpin mereka. Ketika pasukan ini gagal bergerak sesuai perintahnya, Mitsunari terpaksa mundur. Ieyasu mengeklaim kemenangan.

Tokugawa Ieyasu, pemersatu ketiga

Dengan kemenangan ini, Tokugawa Ieyasu (1543–1616) menguasai Kekaisaran Jepang. Kaisar Jepang yang tak berdaya mengangkatnya sebagai shogun (diktator militer) pada tahun 1603. Pengangkatan Ieyasu sebagai shogun secara resmi mengakhiri Periode Negara Berperang. Dia memulai proyek konstruksi, termasuk membangun kastel yang luas di Edo.

Salah satu baju perang yang digunakan Tokugawa Ieyasu. Meski terkenal kejam dan kuat, ia berjasa bagi Kekaisaran Jepang. (Public Domain)

Pada tahun 1605, Ieyasu “pensiun” dan menyerahkan kendali shogun kepada putranya, Hidetada. Tindakannya seakan ingin memberikan pemberitahuan bahwa shogun secara teori adalah pelayan kaisar Jepang. Namun pada kenyataannya, Klan Tokugawa-lah yang mengendalikan kekaisaran.

Ancaman terus berdatangan

Namun satu ancaman masih tetap ada. Pewaris Hideyoshi, Toyotomi Hideyori berlindung di Kastel Osaka. Ia dikelilingi oleh para pengikut dan samurai tak bertuan (ronin). Mencari dalih untuk menyerangnya, Ieyasu mengeklaim Hideyori telah menghina keluarganya dalam sebuah prasasti di lonceng kuil.

Pada musim dingin tahun 1614–1615, Ieyasu yang menua mengepung kastel yang kuat. Seperti di Sekigahara, dia akhirnya mengalahkan musuhnya melalui tipu daya, selain kekuatan. Selama gencatan senjata, anak buah Ieyasu mengisi parit pelindung Kastel Osaka dan kastel tersebut jatuh ke tangan musuh.

Kastel, benteng terkuat Jepang, bisa melawan kekuatan militer yang kuat, tetapi tidak bisa menahan tipu muslihat seorang samurai tua. Hideyori dan keluarganya melakukan ritual bunuh diri.

Ieyasu meninggal pada tahun berikutnya, tetapi warisannya hidup sampai tahun 1867 pada periode Tokugawa dalam sejarah Kekaisaran Jepang. Ahli waris Ieyasu membangun kendali yang kuat atas para panglima perang yang sebelumnya berselisih.

Di bawah kepemimpinan Klan Tokugawa, Kekaisaran Jepang mengalami stabilitas dan pertumbuhan ekonomi. Samurai terus berkuasa hingga Restorasi Meiji yang menghapus kelas dan kekuasaan mereka.