Sebuah kuil kuno Shinobazuike Bentendo, dibangun pada awal periode Edo, dibangun untuk menghormati Benzaiten. Dikenal juga sebagai Benten, ia berasal dari dewi Hindu Saraswati.
Benzaiten adalah dewi ucapan benar dan musik Buddha dan Shinto. Terkadang, sang dewi digambarkan dengan dua tangan, terkadang dengan delapan. Dia selalu membawa benda-benda yang melambangkan maknanya. Misalnya, biwa, kecapi empat senar tradisional Jepang untuk musik, dan permata pedang untuk kebijaksanaan dan sumpah suci.
Benzaiten adalah pelindung para seniman, seni, dan terutama musik. Pemujaannya dimulai di Jepang selama periode dari abad ke-6 hingga ke-8.
Yorujin, juga berasal dari Tiongkok
Dewa Yorujin diyakini berasal dari Dewa Tao Tiongkok. Yorujin biasanya terlihat hampir sama dengan Fukurokuju dan melambangkan umur panjang serta kebijaksanaan.
Ia ditemani oleh rusa, lembu, kura-kura, atau burung bangau. Dalam budaya Jepang, hewan-hewan tersebut melambangkan umur panjang.
Hotei, dewa kelimpahan
Yang terakhir dalam kelompok dewa keberuntungan adalah Hotei, dewa kelimpahan, dengan perut besar yang gemuk dan wajah yang lucu dan ceria. Dia suka tertawa dan bahkan hal-hal kecil membuatnya sangat bahagia. Hotei pantas menjadi simbol optimisme dan kesehatan. Dia sering melemparkan sekarung beras ke punggungnya, ditujukan untuk orang miskin dan lapar.
Patung-patungnya menghiasi pintu masuk ke toko-toko dan restoran Jepang. Dia dianggap sebagai dewa pelindung para bartender. Ia pun disukai anak kecil karena sosoknya yang lucu dan perutnya yang sangat besar.
Tujuh Dewa Keberuntungan dalam mitologi Jepang itu merupakan dewa yang penting hingga kini. Setiap Tahun Baru, kuil-kuil mereka selalu dipenuhi dengan orang Jepang yang memohon berkat untuk tahun yang baru.