Hutan Ranjuri nan Luhur: Penyerap Karbon dan Pelindung Masyarakat Sigi

By Afkar Aristoteles Mukhaer, Sabtu, 24 Juni 2023 | 17:08 WIB
Lokasi Hutan Ranjuri di Kabupaten Sigi tidak jauh dari ibu kota Provinsi Sulawesi Tengah, Palu. Hutan ini telah menyimpan karbon, menyelamatkan Desa Beka dari bencana alam sejak lama, dan rumah bagi berbagai fauna. Masyarakat pun memuliakan hutan ini. (Donny Fernando/National Geographic Indonesia)

Nationalgeographic.co.id―Padatnya perkotaan membuat masyarakat membutuhkan ruang hijau untuk bernafas lega. Solusi yang dibutuhkan adalah hutan kota, kawasan yang dipenuhi vegetasi hijau yang berfungsi menyerap karbon.

Peran hutan lainnya yang tidak kalah penting, sebagai upaya mitigasi dari bencana alam, seperti erosi dan banjir. Namun, di sisi lain, hutan tidak bisa diperlakukan begitu saja sebagai penopang kebutuhan udara segar.

Perlu ada upaya memuliakan hutan agar kelestarian lingkungannya berkelanjutan. Mungkin upaya yang patut dicontoh adalah Hutan Ranjuri di Desa Beka, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah. Letaknya ini tidak jauh dari pusat ibu kota Sulawesi Tengah, Palu, sejauh 13 kilometer.

Umumnya, oleh masyarakat Sigi, Hutan Ranjuri disebut sebagai "hutan purba" karena di dalamnya terdapat beberapa pohon yang usianya 600―700 tahun. Dengan pepohonan yang berusia tua dan batangnya yang sangat tebal, menandakan ada banyak karbon yang telah diserapnya.

Hutan Ranjuri dengan luas 12 hektare itu terbukti sebagai pelindung Desa Beka dari bencana banjir dan longsor. Alam Sriyanto, anggota lembaga adat Desa Bekka, saat dijumpai hari Sabtu, 24 Juni 2023, mengatakan bahwa curah hujan tinggi pernah mengguyuri Sigi.

Kepala Dinas Lingkungan Hidup Mohammad Afit berdiri di depan pohon yang berusia lebih dari 500 tahun. Ia mengatakan bahwa keberadaan hutan ini harus dijaga sebagai penopang kebutuhan masyarakat dan perlindungan dari bencana. (Donny Fernando/National Geographic Indonesia)

Hujan itu membuat air dari dataran tinggi turun dengan deras, membawa material bebatuan besar dan pasir. Hal ini bisa mengancam kehidupan desa. Namun, Hutan Ranjuri berhasil membendung airnya serta menahan bebatuan dan pasir yang jatuh.

"Tidak ada [Hutan] Ranjuri, tidak ada Desa Beka," kata Alam Sriyanto, anggota lembaga adat Desa Bekka saat dijumpai Sabtu, 24 Juni 2023. Pertemuan itu adalah "Cerita dari Tapak: Seni Merawat Hutan" yang diadakan sebagai rangkaian Festival Lestari 5 yang diadakan oleh Lingkar Temu Kabupaten Lestari (LTKL) di Kabupaten Sigi.

Alam melanjutkan, Hutan Ranjuri juga berfungsi sebagai penghidupan desa yang menyediakan sumber daya alam yang sangat penting: air. Hutan menyerap air terjun di baliknya yang turun sangat deras.

Air itu masuk ke dalam tanah, dan keluar sebagai sungai-sungai kecil dengan air yang bersih. Inilah yang kerap dimanfaatkan masyarakat untuk kebutuhan seperti air minuman dan untuk mencuci pakaian.

Air yang mengalir di Hutan Ranjuri sangat bersih untuk dimanfaatkan masyarakat Desa Beka seperti minum dan mencuci. Masyarakat pun melestarikan 'hutan purba' ini agar selalu ada dengan berbagai pendekatan. (Donny Fernando/National Geographic Indonesia)

"[Hutan Ranjuri] ini adalah sesuatu yang ingin kita terus dorong dengan penguatan, baik dari pemerintah daerah, pemerintah desa, termasuk dengan penguatan komitmen dengan masyarakat, lembaga adat yang teguh akan keberadaan hutan ini bisa menghasilkan manfaat yang secara ekonomi pada masyarakat," kata Mohammad Afit, Ketua Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Kabupaten Sigi, dalam perjumpaan yang sama.