Ritual Persembahan Makanan Bagi Orang Mati dalam Sejarah Mesir Kuno

By Hanny Nur Fadhilah, Senin, 26 Juni 2023 | 10:00 WIB
Orang Mesir kuno percaya bahwa orang yang telat mati membutuhkan makanan seperti saat masih hidup. (Metmuseum)

Pengasapan ikan sangat penting sehingga hanya petugas pura yang diizinkan melakukannya.

Buah-buahan dan permen

Tidak seperti sayuran yang ditanam sepanjang tahun, buah lebih bersifat musiman. Buah yang paling umum adalah kurma, anggur, dan buah ara.

Buah ara populer karena tinggi gula dan protein, sedangkan anggur dapat dikeringkan dan diawetkan sebagai kismis.

Kurma dapat dikonsumsi segar dan atau digunakan untuk memfermentasi anggur atau sebagai pemanis. Ada juga nabk berry dan spesies Mimusop tertentu, serta delima.

Kelapa adalah barang mewah impor yang hanya bisa dibeli oleh orang kaya. Sementara madu adalah pemanis yang paling berharga, digunakan untuk mempermanis roti dan kue.

Orang Mesir kuno adalah orang pertama yang memakan marshmallow, memanen tanaman mallow dari daerah rawa. 

Manisan dibuat dengan cara merebus potongan daging akar dengan madu hingga kental. Setelah mengental, campuran akan disaring, didinginkan dan dimakan.

Rempah rempah

Orang Mesir kuno menggunakan rempah-rempah dan bumbu untuk rasa, termasuk jintan, dill, ketumbar, mustard, marjoram, dan kayu manis.

Sebagian besar rempah-rempah diimpor dan karena itu terlalu mahal untuk digunakan di luar dapur orang kaya. 

Ritual Persembahan Makanan bagi Orang Mati di Mesir Kuno

Orang Mesir kuno percaya bahwa dewa, dewi, dan individu yang telah meninggal, baik dari raja hingga orang biasa akan membutuhkan makanan dan minuman di akhirat, seperti yang mereka lakukan di kehidupan ini.

Beberapa cara digunakan untuk memastikan bahwa para dewa dan almarhum menerima rezeki. Yang paling mendasar adalah penempatan persembahan makanan dan minuman yang sebenarnya di atas meja ritual. Kemudian dihiasi dengan penggambaran barang-barang ini, bersama dengan mantra yang akan dilafalkan oleh seorang pendeta atau pemuja.

Orang Mesir menyadari bahwa orang mati atau dewa hanya akan mengonsumsi persembahan ini secara simbolis. Jadi setelah beberapa waktu mereka dibagikan kepada pendeta dan orang lain yang bertanggung jawab atas dewa atau pemujaan kamar mayat.

Makanan juga ditempatkan di makam itu sendiri di dekat mumi. Di awal Kerajaan Tengah, makam dapat berisi model tiga dimensi yang menggambarkan aktivitas seperti menyimpan biji-bijian, merawat ternak, menyembelih ternak, dan membuat roti dan bir.

Akhirnya, kapel atau kuil makam menampilkan penggambaran tumpukan makanan, individu yang membawa makanan, dan daftar produk yang akan diberikan kepada almarhum.

Dengan berbagai metode ini, orang Mesir kuno bersiap untuk segala kemungkinan yaitu: jika persembahan makanan tidak lagi disajikan, penggambaran sudah cukup; jika ini dihancurkan, simpanan makanan masih tersisa di dalam kubur itu sendiri.