Uniknya Budaya, Seni dan Arsitektur Kekaisaran Jepang Abad Pertengahan

By Ricky Jenihansen, Sabtu, 1 Juli 2023 | 13:00 WIB
Percampuran budaya Budhisme dan Shinto memengaruhi seni dan arsitektur dalam Kekaisaran Jepang abad pertengahan. (Adobe Stock)

Kemudian ada penggunaan warna yang lebih berani dalam lukisan, penyepuhan pada bangunan, dan objek dekoratif seperti tabir dan kotak.

Seni pertunjukan adalah salah satu produk abadi dari periode abad pertengahan. Teater Noh (Nō) berkembang dari abad ke-14 M dan berasal dari tarian tua dan ritual musik yang dilakukan di kuil dan biara.

Di Noh, aktor pria bertopeng membuat gerakan yang sangat bergaya diiringi musik dengan beberapa kata yang diucapkan singkat. Kata-kata tersebut untuk menjelaskan kisah umum yang menceritakan tentang dewa, setan, dan pahlawan, dan berbagai kesulitan moral mereka.

Kostum para aktor yang mewah dan bersulam sangat memengaruhi mode akhir abad pertengahan dan modern awal di Kekaisaran Jepang.

Perkembangan lainnya adalah Upacara Minum Teh Jepang (chanoyu). Upacara itu memperoleh daya tarik yang jauh lebih luas berkat upaya gabungan biksu Murato Shuko (1422-1502 M) dan shogun Ashikaga Yoshimasa (memerintah 1449-1473 M).

Upacara yang teratur dan tepat ini berlangsung di kedai teh khusus pedesaan atau kedai teh dengan sedikit furniture. Upacara itu merupakan kesempatan untuk percakapan santai dan untuk memamerkan beberapa barang antik pilihan.

Dalam pencarian ini dan lainnya, periode abad pertengahan dengan demikian telah memberikan kontribusi yang abadi pada budaya Jepang modern dan dunia.