Nationalgeographic.co.id—Aleksander Agung dikenal sebagai penakluk terhebat dalam sejarah kuno. Di usianya yang ke-20, ia sudah memegang takhta tertinggi Kerajaan Makedonia.
Sayangnya, ia hanya memimpin selama 12 tahun. Sang raja dan penakluk muda itu meninggal setelah menaklukkan salah satu kerajaan terbesar di dunia kuno. Selama waktu itu, apakah dia memiliki keturunan?
Jika Aleksander Agung memiliki keturunan, apa yang terjadi pada ahli warisnya? Apakah anaknya menggantikan sang ayah di Kerajaan Makedonia?
Kematian Aleksander Agung yang memicu pertikaian dalam sejarah kuno
Tak lama setelah kematiannya di Babilon, kekacauan merebak. Aleksander Agung tidak menyebutkan nama penerus yang jelas.
Rakyat Makedonia pun berdebat tentang nasib kekaisaran.Termasuk para jenderal yang saling bertikai.
Saking serunya mereka berselisih, jenazah Aleksander Agung dibiarkan berhari-hari tanpa pengawasan.
Meski dibiarkan begitu saja di tengah panasnya udara Babilonia, menurut legenda, jenazahnya tidak mengalami pembusukan.
Bagi para jenderal-jenderal yang haus kekuasaan, tubuh Alexander lebih dari sekadar mayat. Jenazah tersebut merupakan jimat yang mewakili otoritas dan legitimasi di dunia baru setelah kematian Aleksander Agung.
Jadi, siapa pun yang mengendalikan jenazah tersebut, memegang kekuasaan besar di kerajaannya.
Lalu mengapa bukan keturunan Aleksander Agung saja yang mengisi kekosongan takhta?
Keturunan Aleksander Agung yang dicatat dalam sejarah kuno