Lembah Colol, Sesap Riwayat Cerita Kopi Rakyat Manggarai

By National Geographic Indonesia, Selasa, 11 Juli 2023 | 16:10 WIB
(FERI LATIEF)

Jadi tidak heran bila kopi yang tumbuh pertama kali di Colol adalah robusta atau kopi tuang. Disebut kopi tuang karena orang Manggarai menyebut rohaniawan sebagai tuan guru.

Menurut Romo Inonsensius, masyarakat Flores belum mengenal kopi sampai abad ke-19. “Tidak ada literatur yang menceritakan itu. Sebaliknya, ada literatur yang menceritakan kehadiran orang Eropa pada abad ke-19 membawa tanaman-tanaman yang baru dan mereka mau mencoba, salah satunya kopi.”

“Walaupun di Colol sudah dikatakan sudah dulu-dulu sekali [kopi sudah masuk], tapi dari literatur dan cerita yang bisa kita rekam itu sebenarnya mungkin tahun seribu sembilan ratus belasan,” ia menambahkan.

Pada 1920-an, Pemerintah Kolonial Belanda mencanangkan wilayah Colol sebagai pusat pengembangan tanaman kopi. Sejak saat itu, kopi dikonsumsi cukup luas. Satu dekade kemudian, pada 1930-an, berbarengan dengan sawah, kopi menjadi program dari pemerintahan Manggarai.

(FERI LATIEF)

Saat itu, yang berkuasa adalah Alexander Baroek, Raja Manggarai. Sejak itulah sawah pertama kali dikembangkan di Flores. Hasilnya, pada 1940-an, semuanya sudah menjadi komoditi.

Pemerintah Kolonial Belanda pernah menyelenggarakan kompetisi perkebunan kopi. Salah satu pemenangnya adalah petani kopi asal Colol. Ia mendapat hadiah berupa bendera Belanda dengan tulisan “PERTANDINGAN KEBOEN KOPI, 1923.” Kopi Colol semakin naik daun sampai akhirnya menembus pasar dunia.

Kopi Colol mempunyai karakter yang unik. Ini diakui oleh Adri Yahdiyan, main partner Ontosoroh Coffee, perusahaan pengekspor kopi asal Yogyakarta.

“Kopi Colol unik karena salah satu dari sedikit tempat yang budidayanya cukup berpegang teguh dengan sistem organik dan dalam lingkup agroforestry sedari awal.”

Berkat budidayanya itu cita rasa yang dihasilkan pun punya kekhasan, apalagi kopi Colol organik. Karena ditanam di hutan-hutan tanpa diberi pupuk dan pestisida. Kopi tumbuh dan dibiarkan begitu saja oleh warga di tengah rimbunnya hutan.

“Perbedaan kopi organik dan non-organik bisa dirasakan dari profil cita rasanya. Kopi Colol terbaik punya cita rasa yang smooth [halus], clean, sweetness yang baik, tanpa rasa residu lainnya,” jelas Adri. Dia merupakan juri dalam lomba Cupping Coffee di Festival Kopi Lembah Colol.

Colol menghasilkan kopi jenis arabika dan robusta terbaik. Bahkan menurut Adri, pembeli kopi mancanegara menyebut kopi robusta asal Colol sebagai “The Best Asian Robusta.”