Kenyataan Di Balik Sejarah Parijs van Java dari Kota Tua Braga

By Galih Pranata, Senin, 17 Juli 2023 | 13:00 WIB
Societeit Concordia di jalan Braga, sebuah kota tua di Bandung. Situs ini jadi saksi bisa adanya kenyataan pahit di balik sejarah Parijs van Java. (Collectie Tropenmuseum)

Jalan Braga dihias dengan meriah dan mewah menjelang pernikahan Putri Juliana dengan Pangeran Bernhard. (Wikimedia Commons)

Braga menjelang akhir abad ke-19 telah menjadi kawasan pertokoan. Setiap akhir pekan, khususnya Sabtu sore, toko-toko butik dan fesyen di daerah itu banyak dikunjungi oleh orang Eropa.

Pasalnya, hanya di Braga, mereka menemukan baju dan pakaian mewah yang hanya bisa mereka lihat di Hindia Belanda, selain di Paris. Salah satu toko pakaian yang paling besar di Braga kala itu adalah Onderling Belang.

Terjadi juga persaingan antar toko dengan Onderling Belang, yaitu toko pakaian bernuansa Paris, Au Bon Marché serta penjahit seperti Keller’s Mode Magazijn, August Savelkoul.

Peningkatan jumlah orang Eropa di Bandung mendorong pemerintah untuk membangun sarana hiburan. Begitu juga dengan sejarah Parijs van Java yang lekat dengan komunitas Eropa kaya yang menghidupkan budaya hedonisme di Braga.

Pada tahun 1895, di ujung selatan jalan Braga mulai dibangun gedung Societeit Concordia (sekarang bangunan yang terletak di sayap kiri Gedung Merdeka). Gedung mewah itu semula dibangun untuk tempat pertemuan Bandoengsche Landbouwvereeniging (Perhimpunan Pengusaha Perkebunan Bandung).

Kemudian, bangunan mewah itu kemudian direnovasi untuk kegiatan perkumpulan Societeit Concordia dan tempat hiburan (musik dan dansa) bagi orang Eropa, utamanya orang-orang elit dan pengusaha kaya raya Belanda.

Dalam laporan surat kabar Bataviaasch Handelsblad bertitimangsa 2 Juli 1879, Berdasarkan Ordonantie Staatsblad 29 Juni 1879 No. 208, selain orang Eropa, orang Tionghoa juga dapat menjadi anggota perkumpulan itu dengan membayar iuran sebesar 5 gulden per bulan.

Selain kegiatan para anggota Societeit Concordia di gedung Concordia, tercatat sejak 1896, setiap akhir Juli hingga awal Agustus selama tiga hari diselenggarakan kegiatan pacuan kuda di lapangan Tegallega.

Agenda yang diselenggarakan secara mewah ini diadakan oleh Preanger Wedloop Societeit (Perkumpulan penggemar kuda pacuan). Sontak, pacuan kuda mulai digemari di Bandung, dan menjadi pusat hiburan baru di sana.

Tak sembarangan, Preanger Wedloop Societeit yang didirikan pada 1889, berada di bawah perlindungan Gubernur Jenderal Hindia-Belanda A.J. Duymaer van Twist yang menjabat pada 1851–1856.

Memiliki relasi kuasa, segenap pengurusnya adalah para pejabat Belanda dan pribumi di Preanger Regentschappen (Kabupaten Priangan). Perkumpulan elit ini secara rutin menyelenggarakan kegiatan, seperti pertunjukan musik, dan pesta dansa di akhir pekan.