Nationalgeographic.co.id—Sejarah Perang Salib memang tidak hanya menjadi konflik militer antara Kristen Eropa dan Peradaban Islam di Timur Tengah. Selain menghancurkan Kristen Ortodoks di Kekaisaran Bizantium, sejarah Perang Salib juga bergulir menghancurkan orang-orang Kristen sesat.
Pada tahun 1208, Paus Innosensius III (memerintah 1198-1216) menyerukan perang melawan kaum Kataris, orang-orang Kristen sesat di Prancis selatan. Sejarah Perang Salib inilah yang nanti dikenal dengan Perang Salib Kataris atau Albigensian.
Dalam sejarah Perang Salib, ini adalah Perang Salib pertama yang khusus menargetkan orang Kristen dan bukan Peradaban Islam. Nantinya, Perang Salib keempat yang juga diserukan Paus Innosensius III juga akan berakhir memerangi Kristen Ortodoks.
Languedoc dan kaum Kataris
Languedoc Abad Pertengahan adalah wilayah Prancis selatan dengan ibu kota tidak resminya di Toulouse. Bahasa resmi di sana adalah Occitan, yang memberi nama wilayah budaya yang lebih luas di Prancis selatan, yaitu Occitania.
Perang Salib Kataris juga dikenal dengan Perang Salib Albigensian. Nama itu berasal dari nama Albi, kota katedral 65 kilometer timur laut Toulouse pada abad ke-13.
Albigensian berarti 'dari Albi' tetapi orang-orang Kristen sesat lebih tepat dikenal sebagai Cathars of Languedoc atau Kataris Languedoc. Bahkan jika pusat penting pertama mereka didirikan di Albi.
Kaum Kataris hidup sederhana dan menjauhi materialisme. Mereka hidup dalam komunitas yang terisolasi, meskipun ada dua tingkat partisipasi aktif dengan yang satu lebih ketat dan penganutnya terbatas pada biara.
Kaum Kataris bukanlah satu-satunya kelompok agama di wilayah Languedoc dan Gereja Katolik juga merupakan perlengkapan masyarakat yang juga ada di sana, bahkan tidak sedikit.
Akan tetapi, pada awal abad ke-13 M, kaum Kataris memiliki gereja mereka sendiri. Gereja Kataris memiliki uskup dan pengikut dari semua kelas sosial, sehingga dianggap menjadi ancaman paling berbahaya bagi otoritas Gereja Katolik di Prancis.
Oleh karena itu, Gereja Katolik Roma mengirim utusan untuk menangani kaum Kataris. Awalnya Kaum Kataris dianggap akan mengikuti Gereja Katolik Roma dan berjanji berubah.
Namun, pada dekade pertama tahun 1200-an M, sangat jelas bahwa banyak penguasa Languedoc masih mendukung Katarisme. Katarisme menjadi alternatif yang lebih murah daripada otoritas Gereja Katolik yang dianggap memberatkan dengan sistem pajak.
Dengan demikian, utusan yang dikirim Gerejak Katolik Roma dianggap gagal. Paus Innosensius III akhirnya memutuskan untuk memberantas Kaum Kataris dengan paksa.
Pemicu terakhir adalah pembunuhan seorang utusan Kepausan di dekat Arles pada tahun 1208 M, perbuatan yang dilakukan oleh seorang pengawal penguasa Languedoc, Pangeran Raymond VI dari Toulouse (memerintah 1194-1222 M).
Paus dan Raja
Paus Innosensius III akhirnya menyerukan gerakan melawan Kaum Kataris yang akan menjadi sejarah Perang Salib Kataris. Paus memastikan anggaran Gereja Katolik Roma dapat digunakan untuk perang tersebut.
Sementara mereka yang ikut berperang dijamin penebusan dosa, sama seperti janji pada Pasukan Salib di Tanah Suci Yerusalem melawan Peradaban Islam.
Selain Perang Salib pertama melawan orang Kriste, perang ini juga pertama kalinya Gereja Katolik Roma memanggil pasukan pejuang internasional untuk memerangi orang sesat.
Sebelumnya gerakan semacam itu hanya dilakukan di tingkat lokal. Gagasan untuk menyerang sesama orang Kristen mendapat dukungan berkat tokoh-tokoh seperti Santa Maria dari Oignies yang mengaku mendapat penglihatan.
Santa Maria mengaku mendapatkan penglihatan Yesus Kristus yang prihatin terhadap Kaum Kataris di Prancis selatan, dan Santa Maria bahkan melakukan perjalanan sendiri ke wilayah tersebut.
Yang dibutuhkan selanjutnya adalah dukungan politik yang sesuai dengan seruan Gereja Katolik Roma untuk menyerang Prancis selatan.
Menyusul seruan dari Paus Innosensius III dan ekskomunikasi Raymond VI dari Toulouse, Perang Salib yang diusulkan didukung oleh raja Prancis Philip II (memerintah 1180-1223 M) dan putranya, Louis VIII (memerintah 1223-1226 M).
Dukungan itu sebagai sarana untuk meningkatkan kontrol mahkota atas Prancis selatan, karena pada waktu itu wilayah Prancis selatan lebih bersimpati dengan kerajaan-kerajaan Spanyol timur.
Kaum Kataris hanya terdapat di daerah kecil di Prancis selatan. Jadi sebenarnya dalih agama hanya alasan untuk kepentingan kerajaan Prancis dan memberikan rajanya akses langsung ke Mediterania.
Oleh karena itu, pengumpulan pasukan Perang Salib Kataris dimulai dengan dukungan Gereja Katolik Roma dan Kerajaan Prancis. Pasukan dikumpulkan pada tahun 1209 M.
Meskipun raja Prancis terlalu sibuk dengan persaingannya dengan Raja John dari Inggris (memerintah 1199-1216 M), dia menyediakan pasukan kerajaan. Pemimpin terkenal yang terlibat seperti Simon IV de Montfort dan Leopold VI, Duke Austria (memerintah 1198-1230 M).
Sejarah Perang Salib Kataris akhirnya dimulai dan berakhir dengan pembantaian lebih dari 10.000 orang Kristen di wilayah Tolouse dan sekitarnya. Kota itu juga dijarah dengan kejam dan penguasa setempat dieksekusi tanpa pengadilan.
Pembantaian, pembakaran, dan mutilasi berlanjut setiap kali sebuah kota atau kastil di wilayah Prancis selatan direbut.
Setelah rangkaian kebrutalan itu, akhirnya Gereja Katolik Roma menyadari bahwa gerakan Perang Salib Kataris telah melampui batas. Paus kemudian membatalkan perang dan mengakhiri sejarah Perang Salib Kataris.