Nationalgeographic.co.id—Jaring laba-laba adalah kontruksi yang luar biasa rumit yang dibuat dalam dunia hewan dan hebatnya lagi, ternyata tidak ada jaring yang persis sama. Jaring laba-laba itu adalah perangkap yang kuat, tetapi dapat dibuat dalam waktu yang singkat.
Laba-laba membuat jaring dengan pola yang dimiliki bersama di antara spesies laba-laba. Namun apakah semua jaring laba-laba itu identik? Atau setiap jaring laba-laba itu unik atau berbeda?
Perlu diketahui, setidaknya ada 48.000 spesies laba-laba yang dikenal di seluruh dunia. Meski semua laba-laba memiliki organ penghasil sutra, tetapi ternyata tidak semua laba-laba di dunia hewan membuat jaring dan menunggu mangsanya.
Di dunia hewan, beberapa laba-laba memang aktif berburu makanan. Akan tetapi mereka masih menggunakan sutra untuk membuat balon udara laba-laba, kantung telur, atau "rumah" kecil untuk bersembunyi, menurut Burke Museum of Natural History and Culture di Seattle.
Laba-laba lain menggunakan sutra untuk membuat perangkap dan alat yang cerdik, seperti jaring lempar, jaring penahan oksigen untuk bernapas di bawah air, kantong daun bersegel sutra untuk menangkap katak, dan katrol sutra yang mampu mengangkat kadal atau mamalia kecil.
Bayangkan jaring laba-laba, dan Anda mungkin membayangkan struktur seperti roda dengan spiral. Kemudian ada jaring dari bagian tengah yang ditarik keluar.
Bentuk itu dikenal sebagai jaring bola, dan dibuat hanya oleh kurang dari 10% spesies laba-laba yang diketahui, kata Samuel Zschokke.
Zschokke adalah ahli arakhnologi di Bagian Biologi Konservasi di University of Basel di Swiss tempat dia meneliti dan memvisualisasikan konstruksi jaring laba-laba.
Jaring bola ideal untuk menangkap serangga terbang karena menyediakan area yang luas untuk menangkap mangsa dan hampir tidak terlihat, menurut Museum Australia di Sydney.
Dan meskipun mereka semua terlihat sangat mirip, tidak ada dua jaring yang persis sama. Ternyata semua jaring laba-laba yang ada semuanya berbeda.
Laba-laba yang membuat jaring bola biasanya mengikuti rencana konstruksi yang serupa. Mereka ingin membuat bentuk yang serupa.
Mereka mulai dengan beberapa utas yang berpusat pada satu titik, dalam bentuk "Y"; laba-laba kemudian membuat bingkai di sekitar "Y", menghubungkan beberapa utas lagi di tengah.
"Kemudian mereka membuat lebih banyak utas dari tengah ke rangka—inilah yang disebut ruji-ruji, atau, jari-jari roda, jika Anda membandingkannya dengan roda," kata Zschokke kepada Live Science.
Pada titik ini, laba-laba bergerak ke tengah dan membangun apa yang dikenal sebagai spiral bantu dari dalam ke luar. Ini adalah struktur penahan yang terbuat dari sutra yang tidak lengket.
Setelah spiral sementara ini selesai, laba-laba membuat spiral lengket baru ke arah tengah dari bingkai luar. Ketika spiral itu selesai, laba-laba menghilangkan spiral tambahan, Zschokke menjelaskan.
Sampai batas tertentu, semua jaring bola mirip satu sama lain, tetapi ada detail yang berbeda di antara spesies.
"Misalnya, laba-laba dalam genus Cyclosa memasang "hiasan" di tengah jaringnya yang terbuat dari sisa makanan mangsa dan potongan daun. Struktur itu mungkin digunakan laba-laba sebagai kamuflase," kata Zschokke.
Penenun bola lainnya menggabungkan struktur zig-zag ke pusat jaring, yang dikenal sebagai stabilimentum.
Sementara sebagian besar penenun bola menghasilkan jaring yang tegak lurus dengan tanah. Akan tetapi beberapa, seperti Leucauge dromedaria membuat jaring pemintalan yang berorientasi horizontal, menurut Atlas of Living Australia.
Jaring yang dipintal oleh laba-laba yang bukan penenun bola mungkin terlihat berantakan atau serampangan jika dibandingkan. Jenis web ini termasuk jaring corong, jaring lembaran, dan jaring kusut.
Pola tersebut dijelaskan dalam sebuah penelitian dunia hewan yang diterbitkan pada tahun 2013 di jurnal PeerJ. Jurnal akses terbuka itu diterbitkan dengan judul "Deer herbivory reduces web-building spider abundance by simplifying forest vegetation structure".
Lokasi fisik jaring bola juga dapat memengaruhi tampilannya, Sebastian Echeverri, ahli arakhnologi dari American Arachnological Society, mengatakan kepada Live Science.
"Bahkan jika pola pusat jaring pada dasarnya sama antara individu, garis sutra yang mengikatnya ke lingkungan harus berbeda," kata Echeverri.
Ia menjelaskan, seekor laba-laba jaring bola yang membangun jaring di rumput fleksibel menghadapi tantangan konstruksi yang berbeda. Hal itu jika dibandingkan dengan laba-laba dari spesies yang sama yang membuat jaringnya di pohon.
"Meskipun laba-laba itu masih mengikuti rencana konstruksi dasar yang sama, jaring mereka akan terlihat agak berbeda," kata Echeverri.
Belum lama ini, para peneliti juga mengamati laba-laba penenun bola individu dalam spesies Uloborus diversus saat mereka membangun jaring. Laba-laba ini membangun satu jaring per hari, selama beberapa hari.
Jaring-jaring itu serupa tetapi tidak identik, bahkan ketika kondisinya tetap sama, hari demi hari. Para ilmuwan menjelaskan temuan tersebut di jurnal bioRxiv, sebuah situs web pracetak dengan judul "Distinct movement patterns generate stages of spider web-building".
Dalam studi tersebut, yang tidak ditinjau oleh rekan sejawat, para ilmuwan mengatakan mereka menangkap perbedaan kecil di jaring dengan melacak perubahan posisi laba-laba.
Akan tetapi itu tidak mengungkapkan mengapa laba-laba mengubah tekniknya. Butuh pemahaman lebih rinci untuk mengungkap dengan tepat isyarat sensorik yang memotivasi sedikit perbedaan tersebut, kata peneliti.