Nationalgeographic.co.id—Para penyair cinta pada era Augustan (27 SM–14 M) menghasilkan beberapa karya sastra Klasik yang paling terkenal.
Terinspirasi oleh para pendahulu mereka dari Yunani, para penyair Romawi memelopori genre yang kita kenal sekarang sebagai elegi.
Meskipun tak melulu tentang cinta, elegi Romawi identik dengan kisah hubungan cinta para penyair pria. Sering kali kisah cinta mereka berakhir dengan bencana.
Salah satu yang paling inovatif dan ulung dari semua penyair Romawi kuno adalah Publius Ovidius Naso, yang kini lebih dikenal dengan nama Ovid.
Laura Hayward, seorang Master Studi Klasik dari University College London, menjelaskan bahwa kisah-kisah intim tentang pengalaman pribadi penyair, “memberi kita beberapa wawasan menarik tentang dunia seks dan hubungan di Romawi kuno.”
Ovid: Kehidupan dan Puisi Cinta di Romawi Kuno
Pada tahun 43 SM, Ovid lahir dengan nama Publius Ovidius Naso dari sebuah keluarga penunggang kuda kaya yang tinggal di utara Italia.
Di awal masa dewasanya, Ovid mengikuti jalur tradisional untuk berkarir sebagai senator setelah menyelesaikan pendidikannya di Roma dan Yunani.
Namun, setelah memegang beberapa posisi administratif kecil, ia segera berpaling dari dunia politik dan mendedikasikan sisa hidupnya untuk menulis puisi.
Pada awal usia dua puluhan, Ovid sudah memberikan pembacaan puisi-puisinya di depan umum, dan pada pertengahan usia empat puluhan, ia adalah penyair terkemuka di Roma kuno.
Namun, Laura menjelaskan, pada tahun 8 Masehi, ia secara dramatis dikirim ke pengasingan oleh Kaisar Augustus, sebuah peristiwa yang mendominasi sisa hidupnya. Alasan pasti pengasingannya tidak jelas.