Sederet Kebiasaan Nyeleneh yang Dilakukan Samurai di Kekaisaran Jepang

By Sysilia Tanhati, Kamis, 27 Juli 2023 | 18:00 WIB
Samurai di Kekaisaran Jepang memiliki tradisi dan kebiasaan yang berbeda dengan masyarakat Jepang pada umumnya. Tidak jarang, mereka melakukan kebiasaan yang dipandang nyeleneh. (Utagawa Kunisada)

Para wanita didorong untuk menikahi samurai untuk meningkatkan status sosial keluarga

Di masa keemasannya, samurai merupakan 10% dari masyarakat Jepang. Untuk menikah, samurai membutuhkan izin dari keshogunan yang terus mengawasi interaksi antar kelas.

Wanita yang menikahi seorang samurai membawa mahar. Jadi, mereka membayar untuk bisa menikahi samurai. Mahar akan dikembalikan jika terjadi perceraian, tetapi ini jarang terjadi.

Samurai dari kelas bawah sering menikah dengan rakyat jelata. Karena itu, para ayah di Kekaisaran Jepang berusaha untuk menikahkan anak perempuannya dengan seorang samurai.

Menghubungkan keluarga dengan seorang samurai bisa meningkatkan status sosial saat itu.

“Untuk bisa memiliki wanita simpanan, samurai juga harus mendapatkan izin dari shogun,” tambah Sartore.

Samurai memiliki pedang khusus untuk memotong kepala musuhnya

Samurai membawa dua pedang, katana atau pedang besar dan wakizashi atau pedang kecil. Secara kolektif, kedua pedang tersebut dikenal sebagai daisho dan hanya samurai yang diizinkan untuk membawanya.

Samurai juga membawa belati yang disebut tanto. Wakizashi lebih pendek dan lebih tipis dari katana.

Senjata itu dipakai setiap saat. Karena lebih mudah dibawa dan bermanuver, wakizashi mudah dibawa ke dalam ruangan dan disimpan di bawah bantal pada malam hari.

Wakizashi digunakan untuk memenggal kepala musuh yang tewas dalam pertempuran, memberikan arti khusus bagi cara hidup samurai.

Wakizashi juga menjadi pedang yang digunakan jika seorang samurai bunuh diri melalui praktik seppuku. Seppuku adalah ritual bunuh diri yang melibatkan pengeluaran isi perut.