Samurai meninggalkan pedang mereka di luar kedai the. Lalu setelah semua hadirin duduk, fokus pertemuan adalah fokus pada ajaran Buddha Zen, khususnya mencapai ketenangan.
Samurai berjuang bersama kelompok lain di Kekaisaran Jepang
Samurai hanyalah salah satu dari banyak jenis prajurit di Kekaisaran Jepang selama abad pertengahan. Namun samurai adalah kelompok elite dan memiliki status istimewa hingga abad ke-19.
Yang sering bertarung dengan samurai adalah sohei, atau biksu prajurit. Sohei berjuang untuk mempertahankan tanah biara dan kuil mereka. Sohei menggunakan senjata yang sangat mirip dengan samurai.
Lalu ada ronin atau samurai tidak bertuan. Mereka bertempur secara independen. Ronin memberikan jasanya kepada penawar tertinggi.
Ada kelompok samurai flamboyan yang disebut Kabukimono
Keshogunan Tokagawa membawa kedamaian dan ketertiban di Kekaisaran Jepang selama abad ke-18 dan ke-19. Saat itu, banyak samurai yang tidak memiliki banyak pekerjaan.
Mereka tidak lagi dibutuhkan untuk berperang. Di sisi lain, tidak ada cukup pekerjaan pegawai negeri untuk diberikan pada samurai.
Di masa itu, mereka pun menganggur. Kemudian, sekelompok samurai muncul dan berkeliaran di jalanan dengan pakaian aneh.
Mereka mengenakan kerah beludru, kimono pendek, dan memiliki gaya rambut unik. Kelompok itu disebut kabukimono.
Secara harfiah, kabukimono berarti orang bengkok. Mereka menunjukkan kegelisahannya dengan membuat masalah, dan berkelahi.
Kelompok itu bahkan fisik menentang perintah dengan segala cara yang memungkinkan.
Samurai adalah kelompok elite yang pernah berkuasa di Kekaisaran Jepang. Di masa itu, mereka menjalankan serangkaian tradisi dan kebiasaan unik atau nyeleneh.