Sederet Kebiasaan Nyeleneh yang Dilakukan Samurai di Kekaisaran Jepang

By Sysilia Tanhati, Kamis, 27 Juli 2023 | 18:00 WIB
Samurai di Kekaisaran Jepang memiliki tradisi dan kebiasaan yang berbeda dengan masyarakat Jepang pada umumnya. Tidak jarang, mereka melakukan kebiasaan yang dipandang nyeleneh. (Utagawa Kunisada)

Nationalgeographic.co.idSamurai mendominasi Kekaisaran Jepang dari abad ke-12 hingga ke-19. Kehidupannya dijalani sesuai dengan kode bushido.

Bushido adalah seperangkat aturan dan norma tidak tertulis yang didasarkan pada kesetiaan, pengorbanan, keberanian, dan kehormatan.

Selain bushido, samurai juga memiliki tradisi dan kebiasaan yang berbeda dengan masyarakat di Kekaisaran Jepang.

Namun, sebagian tradisi dan kebiasaan itu cukup ini dan nyeleneh. Berikut beberapa kebiasaan nyeleneh yan dilakukan oleh para samurai di Kekaisaran Jepang.

Samurai menguji pedang pada mayat dan penjahat

Untuk memastikan senjata mereka efektif dan tajam, samurai melakukan latihan tameshigiri. “Latihan itu dilakukan untuk menguji bilah pedangnya,” tulis Melissa Sartore di laman Ranker.

Untuk latihan ini, samurai menggunakan mayat. Selain mayat, samurai juga menguji pedangnya pada para penjahat yang akan dijatuhi hukuman mati.

Kadang-kadang mereka menggunakan sebanyak tiga tubuh sekaligus untuk menguji senjata mereka.

Karena nilai pedang didasarkan pada kekuatannya, ini adalah praktik yang membantu perajin logam muda belajar mengasah keahliannya.

Selain itu, bambu dan pelat baja juga bisa menjadi sarana untuk menguji pedang samurai.

Samurai menginginkan pedang setajam mungkin untuk memfasilitasi tujuan akhir dari latihan ilmu pedang mereka.

Tujuan akhir itu dikenal dengan sebutan nakiuchi - kematian dengan satu tebasan.

Para wanita didorong untuk menikahi samurai untuk meningkatkan status sosial keluarga

Di masa keemasannya, samurai merupakan 10% dari masyarakat Jepang. Untuk menikah, samurai membutuhkan izin dari keshogunan yang terus mengawasi interaksi antar kelas.

Wanita yang menikahi seorang samurai membawa mahar. Jadi, mereka membayar untuk bisa menikahi samurai. Mahar akan dikembalikan jika terjadi perceraian, tetapi ini jarang terjadi.

Samurai dari kelas bawah sering menikah dengan rakyat jelata. Karena itu, para ayah di Kekaisaran Jepang berusaha untuk menikahkan anak perempuannya dengan seorang samurai.

Menghubungkan keluarga dengan seorang samurai bisa meningkatkan status sosial saat itu.

“Untuk bisa memiliki wanita simpanan, samurai juga harus mendapatkan izin dari shogun,” tambah Sartore.

Samurai memiliki pedang khusus untuk memotong kepala musuhnya

Samurai membawa dua pedang, katana atau pedang besar dan wakizashi atau pedang kecil. Secara kolektif, kedua pedang tersebut dikenal sebagai daisho dan hanya samurai yang diizinkan untuk membawanya.

Samurai juga membawa belati yang disebut tanto. Wakizashi lebih pendek dan lebih tipis dari katana.

Senjata itu dipakai setiap saat. Karena lebih mudah dibawa dan bermanuver, wakizashi mudah dibawa ke dalam ruangan dan disimpan di bawah bantal pada malam hari.

Wakizashi digunakan untuk memenggal kepala musuh yang tewas dalam pertempuran, memberikan arti khusus bagi cara hidup samurai.

Wakizashi juga menjadi pedang yang digunakan jika seorang samurai bunuh diri melalui praktik seppuku. Seppuku adalah ritual bunuh diri yang melibatkan pengeluaran isi perut.

Samurai dan bunuh diri ketika ada masalah serius yang tidak bisa diselesaikan

Jika seorang samurai dipermalukan, dia melakukan ritual bunuh diri yang dikenal sebagai seppuku.

Praktik ini, juga dikenal sebagai hari-kiri, bervariasi sepanjang sejarah. Pada umumnya, seppuku melibatkan samurai mengambil wakizashi-nya (atau mungkin aikuchi-nya, jenis belati lain) dan menancapkannya ke sisi kiri perutnya.

Samurai kemudian memindahkan bilahnya ke sisi kanan, mengiris di sepanjang jalan, dan mengeluarkan isi perutnya.

Dia kemudian mengambil bilahnya sampai ke tulang dadanya atau keluar dari perutnya. Kemudian memasukkannya ke dalam mulutnya dan jatuh ke depan.

Variasi lain membuat pria mengeluarkan isi perutnya sendiri dan orang kedua memenggal kepala mereka untuk mengakhiri rasa sakit.

Cara tersebut juga digunakan agar kepala tidak jatuh ke tangan musuh. Seppuku dilakukan untuk menunjukkan kesetiaan kepada tuan yang kalah atau sebagai metode eksekusi.

Ketika seorang samurai bunuh diri, istrinya sering mengikutinya. Rasa malu suaminya adalah miliknya juga dan istri samurai tidak ingin hidup dengan itu selama sisa hidupnya.

Wanita yang melakukan seppuku mungkin melakukannya dengan pisau di perut. Mereka juga melakukan jigai dan menggorok lehernya sendiri.

Upacara teh adalah sarana politik dan spiritual bagi samurai di Kekaisaran Jepang

Chanoyu (upacara minum teh) penuh dengan aturan dan etiket serta norma samurai. Upacara berfungsi sebagai metafora untuk kehidupan mereka. Tugas samurai sebanding dengan tugas peserta upacara minum teh.

Upacara minum teh dihadiri oleh pejabat pemerintah dan samurai selama abad ke-16. Upacara ini menunjukkan bahwa samurai adalah penyeimbang yang hebat.

Samurai meninggalkan pedang mereka di luar kedai the. Lalu setelah semua hadirin duduk, fokus pertemuan adalah fokus pada ajaran Buddha Zen, khususnya mencapai ketenangan.

Samurai berjuang bersama kelompok lain di Kekaisaran Jepang

Samurai hanyalah salah satu dari banyak jenis prajurit di Kekaisaran Jepang selama abad pertengahan. Namun samurai adalah kelompok elite dan memiliki status istimewa hingga abad ke-19.

Yang sering bertarung dengan samurai adalah sohei, atau biksu prajurit. Sohei berjuang untuk mempertahankan tanah biara dan kuil mereka. Sohei menggunakan senjata yang sangat mirip dengan samurai.

Lalu ada ronin atau samurai tidak bertuan. Mereka bertempur secara independen. Ronin memberikan jasanya kepada penawar tertinggi.

Ada kelompok samurai flamboyan yang disebut Kabukimono

Keshogunan Tokagawa membawa kedamaian dan ketertiban di Kekaisaran Jepang selama abad ke-18 dan ke-19. Saat itu, banyak samurai yang tidak memiliki banyak pekerjaan.

Mereka tidak lagi dibutuhkan untuk berperang. Di sisi lain, tidak ada cukup pekerjaan pegawai negeri untuk diberikan pada samurai.

Di periode damai, sekelompok samurai muncul dan berkeliaran di jalanan dengan pakaian aneh. Mereka mengenakan kerah beludru, kimono pendek, dan memiliki gaya rambut unik. Kelompok itu disebut kabukimono. (Tokugawa Art Museum)

Di masa itu, mereka pun menganggur. Kemudian, sekelompok samurai muncul dan berkeliaran di jalanan dengan pakaian aneh.

Mereka mengenakan kerah beludru, kimono pendek, dan memiliki gaya rambut unik. Kelompok itu disebut kabukimono.

Secara harfiah, kabukimono berarti orang bengkok. Mereka menunjukkan kegelisahannya dengan membuat masalah, dan berkelahi.

Kelompok itu bahkan fisik menentang perintah dengan segala cara yang memungkinkan.

Samurai adalah kelompok elite yang pernah berkuasa di Kekaisaran Jepang. Di masa itu, mereka menjalankan serangkaian tradisi dan kebiasaan unik atau nyeleneh.