Samurai dan bunuh diri ketika ada masalah serius yang tidak bisa diselesaikan
Jika seorang samurai dipermalukan, dia melakukan ritual bunuh diri yang dikenal sebagai seppuku.
Praktik ini, juga dikenal sebagai hari-kiri, bervariasi sepanjang sejarah. Pada umumnya, seppuku melibatkan samurai mengambil wakizashi-nya (atau mungkin aikuchi-nya, jenis belati lain) dan menancapkannya ke sisi kiri perutnya.
Samurai kemudian memindahkan bilahnya ke sisi kanan, mengiris di sepanjang jalan, dan mengeluarkan isi perutnya.
Dia kemudian mengambil bilahnya sampai ke tulang dadanya atau keluar dari perutnya. Kemudian memasukkannya ke dalam mulutnya dan jatuh ke depan.
Variasi lain membuat pria mengeluarkan isi perutnya sendiri dan orang kedua memenggal kepala mereka untuk mengakhiri rasa sakit.
Cara tersebut juga digunakan agar kepala tidak jatuh ke tangan musuh. Seppuku dilakukan untuk menunjukkan kesetiaan kepada tuan yang kalah atau sebagai metode eksekusi.
Ketika seorang samurai bunuh diri, istrinya sering mengikutinya. Rasa malu suaminya adalah miliknya juga dan istri samurai tidak ingin hidup dengan itu selama sisa hidupnya.
Wanita yang melakukan seppuku mungkin melakukannya dengan pisau di perut. Mereka juga melakukan jigai dan menggorok lehernya sendiri.
Upacara teh adalah sarana politik dan spiritual bagi samurai di Kekaisaran Jepang
Chanoyu (upacara minum teh) penuh dengan aturan dan etiket serta norma samurai. Upacara berfungsi sebagai metafora untuk kehidupan mereka. Tugas samurai sebanding dengan tugas peserta upacara minum teh.
Upacara minum teh dihadiri oleh pejabat pemerintah dan samurai selama abad ke-16. Upacara ini menunjukkan bahwa samurai adalah penyeimbang yang hebat.