Sebagai Tempat Kelahiran, Apakah Athena Kuno Benar-Benar Demokrasi?

By Tri Wahyu Prasetyo, Rabu, 9 Agustus 2023 | 16:00 WIB
Pidato historis Pericles yang terkenal (vkilikov / Adobe Stock.)

Nationalgeographic.co.id—Istilah “demokrasi” berasal dari bahasa Yunani, kratos yang berarti “kekuasaan”, dan demos yang berarti “rakyat”. Dengan demikian, demokrasi dapat diterjemahkan sebagai “kekuasaan rakyat”.

Kita merayakan Athena kuno sebagai tempat lahirnya demokrasi, namun seberapa demokratiskah kota ini pada kala itu?

“Partisipasi dalam demokrasi terbatas hanya untuk pria Athena yang bebas,” jelas Anna Gustafsson, seorang arkeolog dan penulis dari Athena, Yunani. “Perempuan dan orang asing masih tidak memiliki peran publik, dan demokrasi justru meningkatkan jumlah budak.”

Jalan Menuju Demokrasi Athena Kuno

Banyak masalah ekonomi, politik, dan sosial yang melanda Athena selama abad ke-6 SM. Kekayaan dan silsilah menentukan posisi seseorang di dalam masyarakat. 

Keluarga-keluarga aristokrat sangat kaya, namun konflik terus-menerus menggerogoti sumber daya mereka. Ada juga ketegangan yang meningkat di antara keluarga-keluarga elit. 

Populasi Athena terus bertambah, dan lahan pertanian semakin langka. Kebanyakan orang yang memiliki lahan pertanian kecil membentuk kelas hektemoroi, yang berarti mereka harus menyerahkan seperenam hasil panen kepada pemilik tanah yang kaya.

“Banyak lahan pertanian yang terlalu kecil untuk dapat menghidupi pemiliknya. Hal ini mengakibatkan banyak orang miskin yang terjerat utang,” jelas Anna.

Anna juga menjelaskan, karena keadaan yang sulit, tidak sedikit orang yang menjual anggota keluarga atau dirinya sendiri untuk dijadikan budak. Kekerasan dan kerusuhan juga kian meningkat.

Dari abad ke-8 SM hingga abad ke-4, Athena diperintah oleh para gubernur yang disebut archon. Sembilan archon dipilih melalui undian dari sekumpulan orang yang berasal dari keluarga-keluarga elit yang terkenal dan kaya.

Para archon memiliki masa jabatan selama satu tahun. Archon didukung oleh sebuah dewan, yang juga terdiri dari para pria bangsawan. Banyak anggota dewan yang sebelumnya pernah menjabat sebagai archon, dan mereka bisa menjadi anggota dewan seumur hidup.

Dalam suasana seperti inilah orang-orang Athena melakukan sesuatu yang radikal. Pada tahun 594 SM, mereka memilih seorang archon, bernama Solon.