Meskipun merupakan salah satu orang yang dihormati, tak sedikit yang kesal dengan Solon akibat kebijakan yang telah dibuatnya. Sekitar tahun 557 SM, Peisistratus melakukan kudeta dan mengambil alih Athena sebagai seorang tiran.
“Istilah tiran tidak selalu berarti pemimpin yang memerintah dengan kekerasan, melainkan pemimpin yang bukan berasal dari keluarga aristokrat yang secara tradisional memerintah kota,” jelas Anna.
Selama kepemimpinannya, Peisistratus, telah mendirikan banyak bangunan publik penting, dan menciptakan sistem peradilan perdesaan.
Peisistratus berusaha agar putra-putranya menggantikannya sebagai pemimpin, namun seorang anggota keluarga aristokrat penting, Cleisthenes, naik ke tampuk kekuasaan.
Di bawah pemerintahan Cleisthenes, Anna menjelaskan, “sistem demokrasi di Athena menjadi lebih egaliter dan stabil.”
Demokrasi di Athena
Kemenangan atas Persia, musuh bebuyutan warga Athena, merupakan dorongan terakhir menuju demokrasi. Keberhasilan dalam pertempuran Marathon pada tahun 490 SM meluncurkan periode kemakmuran selama 150 tahun di Athena.
Apabila Anda mengunjungi Athena, kemungkinan besar Anda akan melihat Pnyx. Area ini adalah tempat para pria Athena kuno bertemu untuk mendiskusikan dan memutuskan masalah-masalah kenegaraan.
Ribuan pria berkumpul untuk berpartisipasi dalam pengambilan keputusan hampir setiap minggu. Sebuah kelompok yang terdiri dari 50 orang pria menyusun saran untuk majelis, dan konsistensi kelompok ini diubah secara teratur untuk menghindari penyuapan.
Partisipasi dalam majelis dibatasi hanya untuk pria bebas berusia di atas 18 tahun yang memiliki kewarganegaraan Athena.