Romansa Paris dan Perang Troya: Ramayana Versi Mitologi Yunani?

By Tri Wahyu Prasetyo, Jumat, 11 Agustus 2023 | 11:17 WIB
Dalam mitologi Yunani, Helen dari Troya dikenal sebagai wanita yang kecantikannya memicu Perang Troya. (Getty Image)

Nationalgeographic.co.id—Paris, sang Pangeran Troy, adalah salah satu karakter paling terkenal dalam mitologi Yunani.

Ia adalah penyebab Perang Troya, konflik yang terjadi selama satu dekade. Secara tidak langsung, ia juga bertanggung jawab atas kejatuhan Troy dan kematian keluarganya.

Kisah ini mirip dengan epik Ramayana. Dalam mitologi Yunani ini aspek cinta, hasrat, dan penculikan perempuan cantik berfungsi sebagai katalisator utama dalam memicu konflik besar.

“Kisah Pangeran Paris dari Troy memiliki banyak liku-liku, dengan banyak campur tangan para dewa,” jelas Dani Rhys, pada laman Symbolsage.

Perang Troya mitologi Yunani telah mempengaruhi budaya sampai batas yang mengesankan.

Ada berbagai karya seni yang menggambarkan berbagai tahap perang. Iliad karya Homer bercerita tentang Perang Troya dan di dalamnya, Paris memainkan peran penting. 

Besar sebagai Penggembala

Paris adalah putra Raja Priam dari Troy dan istrinya, Ratu Hecuba. Saat masih mengandung Paris, Hecuba bermimpi bahwa anaknya akan lahir lahir sebagai obor yang menyala.

Terganggu oleh mimpi tersebut, ia mengunjungi peramal Aesacus untuk mengetahui apa tafsir dari mimpi tersebut.

Peramal menjelaskan, bahwa suatu hari putranya akan menyebabkan kekacauan dan kehancuran Troy.

Ia mengatakan bahwa pada hari kelahiran Paris, mereka harus segera membunuhnya untuk memastikan keselamatan kota. Namun Raja Priam dan Hecuba tak sampai melakukan hal tersebut.

Karena tak tega, mereka memerintahkan seorang penggembala untuk membawa bayi itu ke Gunung Ida dan membunuhnya.

Namun, faktanya penggembala tersebut juga tak dapat membunuh Paris, dan ia meninggalkannya di puncak gunung, dengan harapan akan mati.

Ajaib, Paris berhasil selamat setelah ditinggalkan di puncak gunung. Beberapa mitos mengatakan bahwa ia melakukannya dengan meminum susu dari beruang.

Sang Penggembala mencoba kembali ke Gunung Ida sembilan hari kemudian, berharap menemukan mayat Paris, namun menemukan sesuatu yang lain: Paris masih hidup.

“Ia menganggap kelangsungan hidup anak itu sebagai tindakan ilahi dari para dewa dan memutuskan untuk membawa Paris bersamanya,” jelas Rhys. “Penggembala itu membesarkannya sebagai anaknya, dan Paris tumbuh tanpa menyadari identitas aslinya.”

Potert Paris. (Antoni Brodowski)

Bagaimanapun, darah bangsawan Paris sulit disembunyikan. Ia luar biasa dalam hampir setiap tugas yang dia lakukan.

Ia menjadi seorang gembala yang sangat baik dan bahkan berhasil menyelamatkan ternaknya dari beberapa pencuri.

Tindakannya membuat orang-orang memanggilnya Alexander, yang berarti pelindung manusia.

Akhirnya, peri Oenone dari Gunung Ida jatuh cinta pada Paris karena kemampuannya yang menakjubkan.

Oenone adalah penyembuh yang luar biasa. Ia mendapatkan kemampuan tersebut dari Apollo dan Rhea. Ia dapat menyembuhkan hampir semua luka, terlepas dari seberapa seriusnya luka itu.

Oenone berjanji kepada Paris untuk selalu menjaganya. Namun, Rhys menjelaskan, “pada akhirnya, Paris meninggalkan Oenone demi Helen dari Sparta.”

Salah satu hiburan utama Paris adalah mengatur kontes antara sapi jantan ternaknya dengan sapi jantan milik penggembala lain.

Menurut mitos, sapi jantan Paris adalah makhluk yang luar biasa, ia memenangkan semua kontes.

Suatu waktu, dewa Ares mengubah dirinya menjadi seekor lembu jantan yang luar biasa untuk mengalahkan sapi-sapi milik Paris. Ketika saatnya tiba untuk menentukan pemenang, Paris tidak memilih lembu jelmaan itu.

Keputusan ini membuat para dewa menganggap Paris sebagai orang yang tidak memihak, adil, dan jujur.

Seiring berjalannya waktu, identitas paris mulai terungkap. Menurut beberapa sumber, Paris mengikuti kontes tinju saat masih muda dalam Festival Troya. Ia menjadi pemenang setelah mengalahkan putra-putra Raja Priam yang lain. 

“Kemenangannya mengungkapkan identitasnya, dan ia kembali ke rumah untuk menjadi pangeran Troy,” jelas Rhys

Penghakiman Paris

Kisah utama Paris dimulai dengan peristiwa yang mungkin dapat disebut “kontes kecantikan di antara para dewi”.

Karena ketidakberpihakan Paris, Zeus meminta bantuannya untuk memutuskan konflik antara dewi Hera, Aphrodite, dan Athena.

Kontes tersebut terjadi dalam upacara pernikahan Thetis dan Peleus yang terkenal. Di Gunung Olympus, semua dewa diundang ke perayaan pernikahan ini. Namun, Eris, dewi perselisihan, tidak diundang. 

Para dewa telah memutuskan untuk tidak memberitahu Eris tentang pernikahan tersebut, karena dikhawatirkan dapat menyebabkan kekacauan di pesta pernikahan.

Mendengar hal itu, Eris tersinggung, dan mencoba mengacaukan pesta pernikahan itu. Ia melemparkan sebuah apel emas dari Taman Hesperides ke atas meja dan mengatakan bahwa apel itu untuk hadiah bagi dewi tercantik.

Aphrodite, Athena, dan Hera, mengklaim hadiah tersebut. Mereka meminta Zeus untuk memutuskan siapa pemenang kontes tersebut.

Namun, karena tak ingin terlibat dalam perselisihan itu, Zeus menunjuk Paris sebagai juri. Namun, Paris sulit untuk memutuskan, dan para dewi mulai menawarkan hadiah untuk mempengaruhi keputusannya. 

“Hera menawarkan Paris kekuasaan atas Eropa dan Asia. Athena menawarkan keterampilan berperang dan kebijaksanaan untuk berperang. Terakhir, Aphrodite menawarinya wanita tercantik di dunia,” jelas Rhys.

Paris memilih Aphrodite sebagai pemenang kontes, dan dengan demikian wanita tercantik di dunia menjadi miliknya. Wanita ini adalah Helen dari Sparta.

“Hanya ada satu masalah dengan semua ini. Helen sudah menikah dengan Raja Menelaus dari Sparta,” jelas Rhys.

Helen dan Paris

Paris membawa Helene yang sudah bersuami untuk ikut dengannya ke Troya. Tindakan Paris ini akhirnya memicu perang panjang. ( Guido Reni)

Helen merupakan wanita tercantik kala itu. Para raja dan pejuang Yunani Kuno sangat ingin memilikinya. Karena perebutan ini, kemungkinan terjadinya konflik dan pertumpahan darah sangat tinggi.

Melihat potensi buruk yang akan terjadi Ayah Helen, Raja Tyndareus dari Sparta, membuat sumpah yang mengikat semua pelamar.

Inti dari sumpah tersebut adalah, pelamar harus menerima dan melindungi pernikahan Helen dengan siapa pun yang dipilihnya.

Dengan begitu, jika ada yang mencoba menimbulkan konflik atau merebut Helen, mereka semua harus berperang atas nama suami Helen. 

“Sumpah ini akan menjadi penyebab Perang Troy setelah Paris berhasil merebut Helen dari Sparta,” jelas Rhys.

Dalam beberapa mitos, Helen jatuh cinta pada Paris berkat pengaruh Aphrodite, dan mereka melarikan diri bersama pada suatu malam saat suaminya pergi. 

Ketika Menelaus mengetahui apa yang telah terjadi, ia mengucapkan Sumpah Tyndareus. Semua raja dan prajurit yang telah mengambil sumpah, berjanji untuk menyelamatkan Helen.

Perang Troya

Meskipun Menelaus dan pasukan Yunani meminta Paris untuk mengembalikan Helen, ia menolak, dan Helen tetap bertahan.

Paris setuju untuk bertarung melawan Menelaus untuk menentukan nasib perang. Menelaus dengan mudah mengalahkan Paris, tapi sebelum Raja Sparta melakukan pukulan terakhir, Aphrodite menyelamatkan Paris dan membawanya ke tempat yang aman. 

Seandainya hal ini tidak terjadi, Perang Troya akan berakhir bahkan sebelum perang dimulai dan ribuan nyawa akan terselamatkan.

Paris memanah tumit Achilles hingga mati di perang troya. (Meister Drucke)

Paris adalah orang yang membunuh pahlawan besar Yunani, Achilles. Dalam salah satu pertempuran terakhir, Paris menembakkan anak panah ke arah Achilles dan mengenai tumitnya, satu-satunya titik yang paling rentan.

Dalam beberapa kisah, dewa Apollo mengarahkan panah tersebut sehingga mengenai tumit Achilles, yang menyebabkan kematiannya.

Perang belum berakhir meskipun Achilles telah gugur. Philoctetes melukai Paris dengan salah satu anak panahnya. 

Dalam keputusasaan, Helen membawa Paris ke Oenone agar dapat menyembuhkannya, namun ia menolak. Paris akhirnya meninggal karena luka-lukanya, dan Helen menikah lagi, kali ini dengan saudara laki-laki Paris, Deiphobus.