Nationalgeographic.co.id—Kisah kepulauan Ryuku seolah tak ada habisnya. Sejarah perang dunia II mencatat terjadi serangan amfibi terbesar dalam Perang Pasifik di Okinawa, Kepulauan Ryuku.
Okinawa terletak di bagian paling selatan Jepang, satu-satunya pulau besar milik Jepang yang berada sekitar 550 kilometer dari daratan utama Jepang.
Jepang menderita kerugian lebih dari seratus ribu tentara tewas, ditangkap, atau bunuh diri. Sedangkan setidaknya enam puluh lima ribu tentara sekutu tewas. Puluhan ribu warga sipil Okinawa tewas, terluka, bahkan bunuh diri.
Perfektur Okinawa terdiri dari ratusan pulau yang disebut kepulauan Ryuku. Bukti sejarah Okinawa sudah dihuni manusia puluhan ribu tahun yang lalu ada di Naha dan Yaese. Periode prasejarah Ryuku berlangsung puluhan ribu tahun hingga abad ke-12.
Rangkaian pulau di Kepulauan Ryukyu membentang dari wilayah Kyushu hingga ke Taiwan. Pada awalnya sejarah kepulauan ini tidak mendapat perhatian karena letaknya yang agak terisolasi.
Penghuni paling awal dari pulau-pulau ini diyakini sebagai kerabat dekat orang-orang Neolitik Jepang, dan mereka adalah pemukim Taiwan dan Jepang. Bisa dikatakan penduduk asli Kepulauan Ryukyu adalah campuran penduduk Taiwan dan Jepang.
Masing-masing kepulauan memiliki bahasa daerah khas mereka. Bahasa-bahasa itu bagian dari bahasa Japonik, namun begitu bahasa Okinawa yang paling banyak digunakan.
Karena letaknya diantara Cina dan Jepang, maka kedua negara tersebut memainkan peran utama perkembangan Kerajaan.
Dalam sejarah kekaisaran Tiongkok sekitar tahun 605 pada masa pemerintahan Dinasti Sui, utusan Tiongkok dikirim ke pulau-pulau itu. Kekaisaran Tiongkok menginginkan kepulauan itu berada di bawah otoritas Tiongkok.
Namun kedua belah pihak sama sekali tidak dapat berkomunikasi karena perbedaan bahasa dan kontak tersebut segera berubah menjadi pertempuran.
Dokumentasi sejarah kekaisaran Jepang dalam Shoku Nihongi, menyatakan bahwa di tahun 698 Fumi no Imiki utusan kekaisaran Jepang dikirim dalam misi diplomatik ke kepulauan Ryuku.
Misi ini berjalan sukses karena perwakilan utusan dari pulau Amami, Yakushima, Tanejima, dan Tokunoshima mengirimkan hadiah dan upeti ke Kuil Agung kepada Dewa Matahari di Ise.