Okinawa dari Kisah Mitologi, Kekaisaran Jepang, hingga Samurai

By Cicilia Nony Ayuningsih Bratajaya, Jumat, 11 Agustus 2023 | 23:30 WIB
Minamoto no Tamemoto seorang samurai Jepang yang diasingkan, mendarat di Okinawa pada tahun 1166 (Tsukioka Yoshitoshi (Japan, 1839-1892))

Nationalgeographic.co.id—Kisah kepulauan Ryuku seolah tak ada habisnya. Sejarah perang dunia II mencatat terjadi serangan amfibi terbesar dalam Perang Pasifik di Okinawa, Kepulauan Ryuku.

Okinawa terletak di bagian paling selatan Jepang, satu-satunya pulau besar milik Jepang yang berada sekitar 550 kilometer dari daratan utama Jepang.

Jepang menderita kerugian lebih dari seratus ribu tentara tewas, ditangkap, atau bunuh diri. Sedangkan setidaknya enam puluh lima ribu tentara sekutu tewas. Puluhan ribu warga sipil Okinawa tewas, terluka, bahkan bunuh diri.

Perfektur Okinawa terdiri dari ratusan pulau yang disebut kepulauan Ryuku. Bukti sejarah Okinawa sudah dihuni manusia puluhan ribu tahun yang lalu ada di Naha dan Yaese. Periode prasejarah Ryuku berlangsung puluhan ribu tahun hingga abad ke-12.

Rangkaian pulau di Kepulauan Ryukyu membentang dari wilayah Kyushu hingga ke Taiwan. Pada awalnya sejarah kepulauan ini tidak mendapat perhatian karena letaknya yang agak terisolasi.

Penghuni paling awal dari pulau-pulau ini diyakini sebagai kerabat dekat orang-orang Neolitik Jepang, dan mereka adalah pemukim Taiwan dan Jepang. Bisa dikatakan penduduk asli Kepulauan Ryukyu adalah campuran penduduk Taiwan dan Jepang.

Masing-masing kepulauan memiliki bahasa daerah khas mereka. Bahasa-bahasa itu bagian dari bahasa Japonik, namun begitu bahasa Okinawa yang paling banyak digunakan.

Karena letaknya diantara Cina dan Jepang, maka kedua negara tersebut memainkan peran utama perkembangan Kerajaan.

Dalam sejarah kekaisaran Tiongkok sekitar tahun 605 pada masa pemerintahan Dinasti Sui, utusan Tiongkok dikirim ke pulau-pulau itu. Kekaisaran Tiongkok menginginkan kepulauan itu berada di bawah otoritas Tiongkok.

Namun kedua belah pihak sama sekali tidak dapat berkomunikasi karena perbedaan bahasa dan kontak tersebut segera berubah menjadi pertempuran.

Dokumentasi sejarah kekaisaran Jepang dalam Shoku Nihongi, menyatakan bahwa di tahun 698 Fumi no Imiki utusan kekaisaran Jepang dikirim dalam misi diplomatik ke kepulauan Ryuku.

Misi ini berjalan sukses karena perwakilan utusan dari pulau Amami, Yakushima, Tanejima, dan Tokunoshima mengirimkan hadiah dan upeti ke Kuil Agung kepada Dewa Matahari di Ise.

Sejarah kesuksesan dinasti di Okinawa berkembang karena letak geografis yang menguntungkan.

Kepulauan Ryuku terletak di jalur perdagangan laut yang sengat penting yaitu antara daratan Cina, semenanjung Korea, Taiwan, Jepang dan juga Malaysia.

Kisah mitologi penciptaan Ryukyuan berawal dari Kaisar Surgawi yang tinggal di Surga Gusuku memerintah Amamikyu untuk membuat kepulauan Ryukyu.

Tanpa hubungan seksual ia hamil dengan dewa laki-laki Shinerikyu yang menghuni pulau tersebut. Ia memiliki tiga putra dan dua orang putri. Putranya menjadi dewa, raja, dan salah satu putranya menjadi rakyat jelata. Sementara kedua putrinya menjadi pendeta  

Disebutkan dalam sejarah bahwa nama raja pertama Okinawa adalah Tenson. Tenson berhasil menguasai kepala suku dan suku Okinawa.

Satu setengah abad kemudian sejarah mencatat peristiwa  besar terjadi sehingga mengakhiri dinasti Tenson. Chuzan Seikan mengklaim bahwa dinasti Tenson memiliki dua puluh lima raja dan memerintah selama tujuh belas ribu tahun.

Raja terakhir dibunuh dan dirampas oleh seorang pejabat kuat bernama Riyu. Kemudian Riyu digulingkan oleh Shunten, penguasa Urasoe dan mendirikan dinasti Shunten pada tahun 1187.

Minamoto no Tamemoto adalah seorang samurai Jepang yang diasingkan, mendarat di Okinawa pada tahun 1166. Minamoto no Tamemoto menetap di Urasoe dan menjadi ayah dari seorang putra, bernama Shunten.

Ada beberapa variasi kisah samurai Minamoto no Tametomo setelah diasingkan. Namun catatan kekaisaran Jepang menyebut samurai dari klan Minamoto ini ikut bertempur dalam pemberontakan Hogen tahun 1156.

Ia adalah putra dari seorang samurai bernama Minamoto no Tameyoshi. Tametomo dikenal sebagai pemanah yang handal, ia pernah menenggelamkan kapal Taira dengan satu panah menusuk pada lambung kapal.

Ia bertempur bersama ayahnya melawan Taira no Kiyomori. Saat istana dibakar, Tametomo terpaksa melarikan diri. Kemudian dia dibuang ke pulau.

Pada usia 15 tahun Shunten mengambil peran penting pada pulau yang sedang berkembang saat itu. Banyak penguasa Okinawa melakukan pemberontakan melawan penguasa ke-24 dinasti Tenson. Pemberontakan memuncak dengan pembunuhan.

Pembunuhnya seorang punggawa bernama Riyu, merebut tahta. Tetapi dengan cepat dikalahkan oleh para penguasa lainnya di bawah kepemimpinan Shunten yang muda dan luar biasa, penguasa Urasoe.

Dia memerintah Okinawa selama 51 tahun. Di bawah pemerintahannya, pulau itu mengalami kemajuan besar. Banyak keberhasilan politik dan ekonomi dicapai. Raja meninggal pada tahun 1237, dan digantikan oleh putranya Shumba-Junki.

Ia memerintah selama lebih dari satu dekade, penguasa ini juga membuat perbaikan yang signifikan.

Seperti memperkenalkan sistem tulisan kekaisaran Jepang, dan memulai pembangunan kastil. Kastil-kastil ini disebut Gusuku, ciri khas budaya Okinawa. Terdiri dari dinding batu tinggi yang mengelilingi kastil bergaya tradisional kekaisaran Jepang.

Selama waktu ini, diyakini bahwa Kastil Shuri yang ikonik dibangun. Kastil ini hampir seluruhnya hancur selama pertempuran Okinawa, kemudian dibangun kembali. Sayangnya, pada 31 Oktober 2019, sebagian besar bangunan terbakar habis.

Pemerintahan Gihon, putra Shumba Junki ditandai dengan banyaknya bencana alam. Okinawa mengalami serangkaian kekeringan dan topan menyebabkan gagal panen berulang kali.

Kelaparan menyebar ke seluruh pulau dan akhirnya menyebabkan wabah penyakit. Hampir setengah dari populasi tewas.

Sebagai buntut dari periode yang tidak stabil ini, Gihon menunjuk seorang bangsawan muda terkemuka bernama Eiso sebagai walinya. Eiso menjadi raja hanya enam tahun kemudian ketika Gihon turun tahta demi kepentingannya.

Selama masa pemerintahannya, stabilitas dan kemakmuran dapat pulih. Kekuasaannya menyebar ke pulau-pulau terdekat lainnya, termasuk Iheya, Kerama, Kume, dan Amami Oshima,  semuanya mengirimkan upeti dan pajak.

Pada tahun 1292 Eiso menerima pesan dari pemimpin Mongol Kublai Khan, agar Okinawa menyerah pada otoritasnya dan membantu bangsa Mongol dalam rencana invasi mereka ke Jepang.

Eiso menolak. Ketika mereka mengulangi permintaan itu empat tahun kemudian, Eiso tetap menolak. Ia meninggal pada tahun 1299. Putra dan cucunya melanjutkan dinastinya, tetapi memerintah tanpa kejadian berarti. Pada masa cicitnya Tamagusuku , Okinawa memasuki era baru.