Okinawa dari Kisah Mitologi, Kekaisaran Jepang, hingga Samurai

By Cicilia Nony Ayuningsih Bratajaya, Jumat, 11 Agustus 2023 | 23:30 WIB
Minamoto no Tamemoto seorang samurai Jepang yang diasingkan, mendarat di Okinawa pada tahun 1166 (Tsukioka Yoshitoshi (Japan, 1839-1892))

Pembunuhnya seorang punggawa bernama Riyu, merebut tahta. Tetapi dengan cepat dikalahkan oleh para penguasa lainnya di bawah kepemimpinan Shunten yang muda dan luar biasa, penguasa Urasoe.

Dia memerintah Okinawa selama 51 tahun. Di bawah pemerintahannya, pulau itu mengalami kemajuan besar. Banyak keberhasilan politik dan ekonomi dicapai. Raja meninggal pada tahun 1237, dan digantikan oleh putranya Shumba-Junki.

Ia memerintah selama lebih dari satu dekade, penguasa ini juga membuat perbaikan yang signifikan.

Seperti memperkenalkan sistem tulisan kekaisaran Jepang, dan memulai pembangunan kastil. Kastil-kastil ini disebut Gusuku, ciri khas budaya Okinawa. Terdiri dari dinding batu tinggi yang mengelilingi kastil bergaya tradisional kekaisaran Jepang.

Selama waktu ini, diyakini bahwa Kastil Shuri yang ikonik dibangun. Kastil ini hampir seluruhnya hancur selama pertempuran Okinawa, kemudian dibangun kembali. Sayangnya, pada 31 Oktober 2019, sebagian besar bangunan terbakar habis.

Pemerintahan Gihon, putra Shumba Junki ditandai dengan banyaknya bencana alam. Okinawa mengalami serangkaian kekeringan dan topan menyebabkan gagal panen berulang kali.

Kelaparan menyebar ke seluruh pulau dan akhirnya menyebabkan wabah penyakit. Hampir setengah dari populasi tewas.

Sebagai buntut dari periode yang tidak stabil ini, Gihon menunjuk seorang bangsawan muda terkemuka bernama Eiso sebagai walinya. Eiso menjadi raja hanya enam tahun kemudian ketika Gihon turun tahta demi kepentingannya.

Selama masa pemerintahannya, stabilitas dan kemakmuran dapat pulih. Kekuasaannya menyebar ke pulau-pulau terdekat lainnya, termasuk Iheya, Kerama, Kume, dan Amami Oshima,  semuanya mengirimkan upeti dan pajak.

Pada tahun 1292 Eiso menerima pesan dari pemimpin Mongol Kublai Khan, agar Okinawa menyerah pada otoritasnya dan membantu bangsa Mongol dalam rencana invasi mereka ke Jepang.

Eiso menolak. Ketika mereka mengulangi permintaan itu empat tahun kemudian, Eiso tetap menolak. Ia meninggal pada tahun 1299. Putra dan cucunya melanjutkan dinastinya, tetapi memerintah tanpa kejadian berarti. Pada masa cicitnya Tamagusuku , Okinawa memasuki era baru.