Pemberontakan memberi pemerintah kesempatan untuk menunjukkan kekuatannya dan untuk menunjukkan bahwa ia dapat mempertahankan kendali atas negara.
Hal ini memungkinkan pemerintah untuk melanjutkan program modernisasi dan melaksanakan reformasi yang membantu Jepang menjadi kekuatan besar dunia.
Pemerintahan Meiji juga mengambil tindakan keras terhadap setiap kelompok yang dianggap sebagai ancaman terhadap otoritasnya, termasuk serikat buruh, partai politik, dan kelompok lainnya.
Pemerintah menjadi semakin otoriter, dan kebijakannya terhadap perbedaan pendapat pada akhirnya akan menyebabkan munculnya ultranasionalisme dan militerisme di Jepang.
Penguatan militer juga merupakan konsekuensi dari Pemberontakan Satsuma. Pemberontakan tersebut telah mengungkap kelemahan angkatan bersenjata Jepang, dan pemerintah Meiji menyadari perlunya militer yang kuat untuk mempertahankan negara dari kekuatan asing.
Warisan
Saat ini, Pemberontakan Satsuma dalam sejarah Kekaisaran Jepang dikenang sebagai simbol pertahanan terakhir samurai melawan modernisasi dan westernisasi, dan Saigo Takamori dipuja sebagai pahlawan dan simbol perlawanan.
Warisannya terus menginspirasi banyak orang di Jepang, dan ceritanya telah diadaptasi menjadi banyak buku, film, dan karya seni lainnya.
Dampak pemberontakan terhadap sejarah Jepang tidak dapat dilebih-lebihkan, karena menandai titik balik dalam evolusi negara dari masyarakat feodal menjadi negara modern.