Dua gagak yang menemaninya mewakili hubungan ini dengan pertumpahan darah, seperti yang dilakukan gagak Morrigan di Irlandia. Mereka muncul selama atau bahkan sebelum pertempuran untuk berpesta dengan tubuh yang gugur, membawa yang mati sebagai persembahan kepada dewa.
Beberapa sejarawan juga mengaitkan Hugin dan Munin dengan konsep sihir Nordik yang dikenal sebagai fylgja dan hamingja.
Fylgja adalah sejenis makhluk gaib yang terhubung dengan nasib seseorang. Dipercaya terikat dengan seorang anak saat lahir, hewan totem ini mewakili sifat batin seseorang.
Hamingja adalah makhluk gaib lain yang memiliki peran serupa. Berperan dalam menentukan kebahagiaan seseorang, hamingja juga bisa diturunkan dari generasi ke generasi.
Dalam interpretasi ini, Hugin dan Munin mewakili aspek kepribadian Odin serta kemampuan magisnya. Pengetahuannya tentang takdir dan kewaspadaannya yang terus-menerus bukan hanya merupakan hasil dari sihir seidr, tetapi juga merupakan bagian bawaan dari dirinya.
Gambar gagak paling awal kemungkinan besar tidak ada hubungannya dengan pikiran Odin. Nama Hugin dan Munin tidak dibuktikan setidaknya sampai abad ke-9, jadi tidak ada bukti bahwa mereka terkait dengan gagasan pemikiran dan ingatan sebelum itu.
Gambar awal burung gagak kemungkinan besar memiliki arti yang sama dengan yang ada di budaya Jermanik lainnya. Mereka menekankan hubungan Odin dengan nasib perang, tetapi sebaliknya tidak memberikan pengetahuan atau mengawasi dunia.
Karena mitologi sangat menekankan sihir Odin, terutama pencariannya akan pengetahuan, burung-burung ini memiliki makna tambahan. Lama terhubung dengan nasib pertempuran, mereka menjadi terkait dengan nasib dan pengetahuan dengan cara yang lebih umum.
Dengan cara ini, Hugin dan Munin menunjukkan bagaimana persepsi Nordik tentang para dewa dan kekuatan mereka berkembang seiring waktu. Dari simbol umum, mereka menjadi perwujudan dari esensi dewa utama jajaran mitologi Nordik.