Empedocles percaya bahwa keempat unsur tersebut memiliki sifat dan karakteristik tertentu yang menentukan perilakunya.
Bumi berat dan stabil, sedangkan udara ringan dan bergerak. Api terasa panas dan kering, sedangkan air dingin dan basah.
Ia juga percaya bahwa keempat unsur tersebut dapat bergabung dalam proporsi berbeda untuk menciptakan semua zat dan objek berbeda di dunia. Misalnya, kombinasi tanah dan air akan menghasilkan lumpur, sedangkan kombinasi udara dan api akan menghasilkan panas.
Selain sifat fisiknya, Empedocles percaya bahwa keempat elemen tersebut juga dikaitkan dengan emosi dan temperamen yang berbeda.
Bumi dikaitkan dengan kelesuan dan kelesuan, sedangkan udara dikaitkan dengan kecepatan dan keringanan. Api diasosiasikan dengan kemarahan dan nafsu, sedangkan air diasosiasikan dengan ketenangan dan ketentraman.
Empedocles juga percaya bahwa keempat elemen tersebut terus bergerak, dan interaksinya dapat menciptakan fenomena alam seperti gempa bumi, petir, dan badai.
Ia percaya bahwa pergerakan unsur-unsur tersebut didorong oleh dua kekuatan yang berlawanan: cinta dan perselisihan. Cinta menyatukan unsur-unsur, sementara perselisihan memisahkan mereka.
Pikirannya Tentang Jiwa
Empedocles juga percaya pada perpindahan jiwa, yaitu gagasan bahwa setelah kematian, jiwa berpindah dari satu tubuh ke tubuh lainnya.
Jiwa itu abadi dan melewati siklus reinkarnasi, melewati berbagai bentuk kehidupan, termasuk hewan dan tumbuhan, sebelum akhirnya kembali ke tubuh manusia. Ia juga percaya bahwa jiwa memiliki ingatan akan kehidupan dan pengalaman masa lalu, dan ingatan ini terbawa dari satu kehidupan ke kehidupan berikutnya.
Empedocles meyakini bahwa jiwa dapat dimurnikan dan diangkat melalui proses disiplin spiritual, yang melibatkan penyeimbangan empat elemen dan mengatasi emosi dan keinginan negatif yang mengikat jiwa pada siklus reinkarnasi.
Gagasan Empedocles tentang perpindahan jiwa bukanlah sesuatu yang unik baginya, namun merupakan kepercayaan umum di kalangan filsuf Yunani kuno dan tradisi keagamaan.